[PORTAL-ISLAM.ID] DEPOK - Wali Kota Depok, Jawa Barat, Mohammad Idris, mengusulkan daerah di sekitar DKI Jakarta disatukan menjadi Jakarta Raya.
Menurutnya apabila dilakukan maka daerah sekitar DKI, termasuk Depok, akan mengalami kemajuan pembangunan lebih cepat.
Dia pun menyorot pendapatan asli daerah (PAD) DKI dengan daerah-daerah penyangganya yang sangat jauh berbeda.
"Pembangunan Kota Depok akan berjalan lebih cepat, karena PAD-nya saja sangat jomplang, PAD kita baru Rp 1,2 triliun, Jakarta sudah ratusan triliun gitu dari sisi pembangunan," kata Idris di Jalan Karya Bakti, Beji, Jumat (15/7/2022).
Bukan Karena IKN
Idris mengatakan usulan Jakarta Raya itu tak tiba-tiba muncul setelah rencana pemindahan ibu kota negara (IKN) dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Menurutnya, ide Jakarta Raya pernah ada di era Orde Baru.
"Ini harus diluruskan pemahaman Jakarta Raya, bahwa isu yang saya lontarkan itu terkait dengan penerapan Undang-Undang IKN (Ibu Kota Negara)," papar Idris.
"Saya teringat dulu pernah ada beberapa ide sejak zaman Orde Baru. Ide ini sudah ada terakhir kalau enggak salah Pak Sutiyoso dengan pakar pemerintahan daerah Pak Ryaas Rasyid, beliau melontarkan bahwa euforia otonomi ini jangan sampai merugikan negara," sambungnya.
Prof. Dr. Ryaas Rasyid adalah Menteri Negara Otonomi Daerah Indonesia periode 1999-2000.
Selain itu, menurutnya, persoalan yang ada di Jakarta dan daerah penyangga saling terkait satu dan lainnya. Hal itulah yang menjadi dasar usulan penyatuan Jakarta Raya.
"15 tahun saya berkiprah di pemerintah Kota Depok memang persoalan-persoalan yang kita dengar di Jakarta itu, sangat terkait dengan persoalan Bekasi, Tangsel [Tangerang Selatan], dan Bogor. Khususnya persoalan banjir yang enggak selesai-selesai," ucap Idris.
"Sudah buat Kanal Timur, Kanal Barat atau segala macam. Saya pernah tinggal 7 tahun di Kampung Melayu [Jakarta Timur] juga banjir begitu sama juga enggak selesai," sambungnya.
Contohnya, kata Idris, genangan genangan air di wilayah Kota Depok saja bisa berdampak ke Jakarta. Makanya, kata dia, perlu perhatian khusus dari pemerintah secara bersinergi.
"Kalau Kota Depok sebenarnya enggak ada banjir, Kota Depok adanya genangan air. Nah, genangan air ini ketika tidak disiplin masalah sampah segala macam, buang sampah ke kali dan sebagainya, yang dirugikan adalah Jakarta. Sebuah permasalahan yang harus jadi perhatian kita," ucapnya.
Kota Perekonomian Internasional
Idris mengatakan apabila wilayah sekitar DKI bergabung menjadi Jakarta Raya, maka itu akan menjadi sebuah kota perekonomian internasional. Apalagi, sambungnya, setelah ibu kota negara sudah resmi dipindahkan ke Kalimantan Timur.
"Ini harus dibenahi sehingga Jakarta jangan sampai, setelah IKN (Ibu Kota Negara) jadi, kota mati. Potensinya sudah luar biasa, kemajuannya, ekonominya. Kita bisa jadikan kota misalnya. Misal ide saya ya, kota perekonomian internasional. Nanti ditunjang oleh penunjang-penunjang di sebelahnya," kata Idris.
Idris menilai kota penyangga Jakarta memiliki banyak persamaan. Terlebih, kata dia, ada ikatan Badan Kerja Sama Pembangunan (BKSP) wilayah Jabodetabekjur.
"Kan pembangunan pelayanan sangat terkait dengan kesejahteraan masyarakat, UMKM-nya sama, kasus anak kepemudaannya juga sama. Depok, Bekasi, Tangsel, Jakarta Raya itu sama. Dulu pernah ada ikatan namanya BKSP, Badan Kerja Sama Pembangunan, yang terakhir diketuai oleh Pak Anies," ucapnya.
Namun, dia mengatakan, kolaborasi antarwilayah bisa terbentur beragam regulasi. Dia mengatakan tarik-menarik politik bakal menjadi salah satu benturan.
Anies Buka Suara soal Usulan Jakarta Raya
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merespons usulan Wali Kota Depok Mohammad Idris agar daerah penyangga Jakarta disatukan menjadi 'Jakarta Raya' demi kesuksesan pembangunan.
Usulan itu muncul setelah ramai fenomena anak muda dari daerah tersebut dan daerah penyangga ibu kota, seperti Citayam dan Bojonggede, berkumpul ke kawasan Sudirman dan Taman Dukuh Atas.
"Seru dong kalau saya tanggapin," kata Anies di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Minggu (10/7).
Anies lalu menyinggung soal program pelebaran trotoar di Kawasan Sudirman yang sempat menimbulkan kontroversi karena mengurangi jalan untuk kendaraan bermotor.
Kini, kawasan itu menjadi tujuan orang-orang untuk menikmati megahnya gedung-gedung pencakar langit dan menikmati suasana pusat kota.
"Ingat waktu itu sempat kontroversi karena melebarkan jalan untuk pejalan kaki, mengurangi jalan untuk kendaraan bermotor. Tapi jalan Jenderal Sudirman memang kami rancang untuk menjadi complete street," ujarnya.
Ia menjelaskan complete street adalah kawasan yang terdiri dari trotoar yang diperuntukkan bagi para pejalan kaki, pesepeda, lokasi kendaraan umum hingga untuk kendaraan pribadi.
"Tempat ini yang dulunya orang keluar-masuk Sudirman itu selalu menggunakan kendaraan pribadi, bahkan pindah antar gedung pun kendaraannya pribadi, sekarang mereka bisa jalan kaki dan masyarakat luar kawasan Sudirman itu bisa jalan-jalan ke sana," katanya.
Diberitakan, dalam beberapa waktu terakhir anak-anak remaja dari wilayah penyangga seperti Citayam dan Bojonggede menjadi sorotan di media sosial. Mereka kerap nongkrong di Kawasan Sudirman dan Taman Dukuh Atas.
Di Dukuh Atas diketahui ada sejumlah taman dan ruang terbuka yang dapat dinikmati oleh warga.
Anak-anak asal Citayam hingga Bojonggede itu viral di media sosial seperti Instagram ataupun TikTok lewat konten-konten yang menunjukkan mereka nongkrong dengan pakaian atau outfit tertentu.
(Sumber: CNN Indonesia)