GANJA
By Tere Liye*
Saya tahu, minggu-minggu ini fans legalisasi ganja untuk tujuan medis lagi banyak-banyaknya.
Dan entah kenapa, orang-orang ini boleh jadi lupa, dalam kaidah agama, heh, jika tidak ada solusi lain, darurat, maka yang haram pun memang boleh. Namanya juga terpaksa. Sudah sejak 1.400 tahun lalu kaidah agama hukumnya begitu. Jadi tidak perlu epic sekali lah argumennya. Seolah logika medis ini jadi pamungkas sekali. Agama sudah pakai itu sejak lama.
Nah, yang kamu mesti pahami, pastikan kamu tidak ditunggangi oleh orang-orang yang memang pengguna ganja ini. Yang meminta ganja legal, agar mereka bisa mengonsumsinya secara bebas.
Sekali ini terjadi, well, begitulah. Awalnya cuma medis, lama-lama bablas. Ngomongnya cuma buat medis, eh, itu bibit ganja dibagi-bagikan.
Bahkan masih jauh itu legalisasi ganja untuk keperluan medis, lihat nih, 10 hektare lahan ganja ditemukan di Cianjur. Itu teh cuma sejengkal dari Jakarta. Itu bukan pegunungan pedalaman Sumatera sana. 10 hektare ganja untuk keperluan medis? Ini belum yang ketahuan, entah berapa luasnya.
Tapi terserah kalian sajalah. Jika mengikutkan maunya manusia, kebebasan, hanya soal waktu ganja ini legal, terserah. Toh, itulah sifat manusia. Tahu itu merusak, tahu ada hal lain yg lebih bermanfaat, dia tetap saja lakukan.
Semoga masih banyak yang peduli dengan pendidikan agama di keluarga masing-masing. Jaga, bentengi sekitar kita.
Semakin lama, namanya juga 'modern', maka nongkrong sambil mabuk, nge-ganja, dkk akan jadi gaya hidup baru. Dan saat orang-orang ini diingatkan, mereka akan santai menjawab: 'Inilah hidup gue. Elu nggak usah ngurus!'
*sumber: fb