Yang namanya pegawai itu punya atasan. Dan setiap kerja yang dipubliskan oleh pegawai itu sudah otomatis approve dari atasan. Maka setiap hasil kerja pegawai, itu juga tanggungjawab atasan. Karena setiap pegawai itu bekerja dibawah permintaan, persetujuan dan tekanan dari atasan. Dan atasan tertinggi pada level sebuah perusahaan itu ya manajemen/owner.
Maka menjadi aneh kalau kemudian dalam kasus Holywings ini, yang ditangkap dan dijadikan tersangka hanya para staf/pegawainya (tim kreatif).
Semestinya owner/manajemennya juga ditangkap.
Manajemen tidak boleh cuci tangan dan tidak dibolehkan untuk cuci tangan atas publikasi dari tim kreatif perusahaan. Semua harus bertanggungjawab karena ini satu kesatuan, pelecehan terhadap simbol-simbol keagamaan tersebut diposting melalui akun resmi Holywings. Bukan akun pribadi para staf. Jadi semestinya pihak owner/manajemenlah yang mesti dituntut untuk bertanggungjawab, bahkan level tanggungjawabnya jauh diatas para staf.
Kalau yang ditangkap cuma para staf begini, keenakan donk para owner/manajemennya. Ini sama saja menumbalkan staf, cuci tangan, lalu manajemen bebas cari staf baru lagi. Jika terulang kasus serupa, tinggal cuci tangan lagi, dan cari staf yang baru lagi. Begitu terus. Akhirnya hukum hanya untuk orang-orang kecil dan tak berduit. Maka jatuhlah wibawa penegakan hukum kita!
Maka tangkap dan adili owner/manajemen Holywings, serta cabut izin Holywings adalah suatu tindakan hukum yang berwibawa dan adil!
(By Setiyono)