Operasi BIN di Papua bocor
Hari ini muncul berita mengejutkan, operasi BIN di Papua bocor.
Dokumen setebal enam halaman diterbitkan Conflict Armament Research (CAR), organisasi pemantau senjata yang berbasis di London, Inggris. Dokumen itu mencatat pengiriman sebanyak 2.480 peluru mortir ke Indonesia pada medio Oktober 2020. Ribuan mortir tersebut dikirim Krukk Holding Corporation, perusahaan senjata dan amunisi militer di Serbia, kepada korporasi pelat merah Indonesia, PT Pindad (Persero).
Hal ini tentu menjadi santapan media internasional. Mortir yang diimpor dari Serbia dipesan oleh Pindad. Konyolnya lagi, mortir yang dijatuhkan dari atas pesawat sebagian tidak meledak, lalu diambil oleh warga Papua.
Hal ini jelas bisa dimanfaatkan OPM untuk merusak citra TNI dimata dunia. Mereka membangun narasi kalau TNI ingin membunuh rakyat sipil tak berdosa dengan mortir buatan Serbia. Secara politik, OPM sangat diuntungkan dengan kegagalan operasi intelijen Indonesia ini.
Tinggal menunggu waktu saja. Kasus ini sudah pasti digoreng oleh OPM. Indonesia akan dicap melanggar HAM atau yang lebih buruk lagi, melakukan genosida terhadap rakyat Papua.
Indonesia mesti bersiap diri bila benar-benar dijatuhi sanksi oleh Uni Eropa dan USA. Bisa sanksi ekonomi atau embargo alutsista. Dan presiden yang terpilih dalam Pemilu tahun 2024 nanti akan sibuk mencuci piring kotor warisan rezim Jokowi. Hanya bisa mengelus dada, kenapa elit diatas sana mengelola Negara seperti amatiran begini?
(Ruby Kay)