Wawancara khusus Majalah TEMPO (27/6/2022) dengan Anies Baswedan soal pencalonan presiden 2024.
Partai NasDem mengusulkan Anda sebagai salah satu bakal calon presiden 2024. Apa tanggapan Anda?
Saya mengapresiasi dukungan tersebut. Ini adalah sebuah kehormatan. Tapi saya saat ini masih menjalankan amanah sebagai Gubernur DKI Jakarta. Saya masih berfokus mengurus Jakarta sampai Oktober tahun ini.
Kabarnya Anda berkomunikasi cukup intensif dengan Ketua Umum NasDem Surya Paloh?
Saya berkomunikasi baik dengan semua pemimpin partai dan biasa bertukar pikiran dengan mereka. Saya respek kepada Pak Surya karena beliau adalah tokoh yang sangat kaya pengalaman.
Bagaimana komunikasi dengan Jusuf Kalla, tokoh yang mendukung Anda dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta lalu?
Saya juga menghormati beliau karena kaya pengalaman dan selalu mendapat banyak hikmah jika ngobrol dengan beliau. Jangan pancing terus soal maju pilpres karena saya masih ingin berfokus bekerja di Jakarta.
Para mantan menteri dan pendukung Presiden Joko Widodo kini membantu Anda di Balai Kota, di antaranya Sudirman Said, Thomas Lembong, dan Sunny Tanuwidjaja. Apa penjelasan Anda?
Saya berteman, berdiskusi, dan bertukar pikiran dengan banyak orang. Saya mengenal mereka cukup lama, lebih dari 15 tahun.
Seberapa besar peran mereka?
Mereka tak terlibat sama sekali dalam pekerjaan di Jakarta. Kecuali Tom Lembong yang membantu pemerintah DKI Jakarta untuk perhelatan Jakarta Investment Forum sejak menjabat Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan yang membantu menyelesaikan tugas saya di Jakarta.
Belakangan, muncul berbagai deklarasi mendukung Anda sebagai calon presiden untuk Pemilu 2024. Apa sikap Anda?
Sebuah kehormatan dengan adanya dukungan organik, yang unsolicited (sukarela) seperti itu. Saya berterima kasih dan mengapresiasi. Tapi, sekali lagi, saya ingin menuntaskan tugas di Jakarta dulu.
Saat pilkada DKI 2017, Anda dipersepsikan terlalu dekat dengan kelompok Islam yang kerap disebut kelompok 212. Bagaimana Anda mengikis anggapan itu?
Silakan melihat hal yang kami kerjakan selama lebih dari empat tahun di Jakarta. Misi kami adalah menghadirkan rasa keadilan dan kesetaraan bagi semua warga Jakarta. Banyak yang menilai dengan asumsi saat saya mulai memimpin Jakarta. Jika saya sudah lima tahun memimpin dan tersedia fakta, tapi penilaian yang keliru masih dipertahankan, itu namanya fiksi.
(Sumber: Majalah TEMPO 27-6-2022)