[PORTAL-ISLAM.ID] Politisi Partai Demokrat, Ardi Wirdamulia mengaku Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan pendukungnya sudah merancang strategi permainan isu Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) jauh - jauh hari sebelum Pilkada 2017.
Dia mengatakan hal itu terkonfirmasi dari buku Ahok berjudul ‘Merubah Indonesia: The Story Of Basuki Tjahaja Purnama’ yang terbitan 2008. Dalam buku, Mantan Bupati Belitung Timur itu disebut - sebut telah menyinggung Alquran khususnya Al-Maidah ayat 51.
Menurut Ardi Ahok sengaja mempolitisasi Al-Maidah ayat 51 untuk kepentingan politik hingga ia tersandung kasus penistaan agama pada 2016 silam yang akhirnya mengantarnya ke penjara kala itu.
“Lha? Ini malah lebih parah. Dari tahun 2008 kawan-kawan Ahok Center udah masang kuda-kuda untuk mainan SARA. Kalau Al Maidah sih jelas sudah ada sejak diturunkan pada Nabi Muhsmmad. Cuma Ahok yang nyalah-nyalahin penafsiran itu ayat buat kepentingan politiknya. Kurang mainan sara nya?” kata Ardi Wirdamulia melalui akun Twitter @awemany, Dikutip Populis.id Selasa (21/6/2022).
Adapun pernyataan Ardi ini untuk menyambung cuitan seorang netizen yang membahas Al-Maidah ayat 51 yang disinggung Ahok dalam bukunya itu. Disebutkan, dalam buku ‘Merubah Indonesia: The Story Of Basuki Tjahaja Purnama’ Ahok terang - terangan membahas ayat Alquran itu yang kemudian dikait - kaitkan dengan politik.
“Baca deh buku CDT (Ahok Center) terbitan 2008, “Merubah Indonesia: the story of Basuki Tjahaja Purnama”, hal. 40 subjudul ‘Berlindung di Balik Ayat Suci’, ulas al-maidah 51. Al-maidah 51 sudah dijajakan jauh-jauh hari oleh mereka,” katanya.
Adapun pada halaman 40 buku tersebut Ahok mengatakan bahwa ayat ini sengaja disebarkan oleh oknum-oknum elite karena tidak bisa bersaing dengan visi, misi, program, dan integritas pribadi.
“Mereka berusaha berlindung di balik ayat-ayat suci itu agar rakyat dengan konsep ‘seiman’ memilihnya. Dari oknum elite yang berlindung di balik ayat suci agama Islam, mereka menggunakan surat Al-Maidah 51,” kata Ahok.
“Isinya, melarang rakyat menjadikan kaum Nasrani dan Yahudi menjadi pemimpin mereka, dengan tambahan jangan pernah memilih kafir jadi pemimpin. Intinya, mereka mengajak agar memilih pemimpin dari kaum yang seiman,” tuturnya. [populis]