[PORTAL-ISLAM.ID] Keputusan Singapura untuk menolak kedatangan Ustaz Abdul Somad atau UAS karena dinilai radikal masih terus menjadi kontroversi.
Terbaru, mantan Juru Bicara Gus Dur, Adhie Massardi mengungkap bahwa Presiden Keempat Indonesia itu sangat membenci Singapura salah satunya karena kerap menjadi pelindung koruptor.
Adhie Massardi juga mengatakan bahwa banyak laporan illegal logging, illegal oil, minyak yang selundupan itu ditampung oleh Singapura. Saking kesalnya bahkan dikatakan Gus Dur sempat berniat akan ribut dengan Negeri Singa itu.
"Singapura punya masalah kompleks dengan hubungan ketatanegaraan, terutama ketika saya masih di Istana bersama Presiden Abdurrahman Wahid. Kita dapat laporan-laporan bahwa illegal logging, illegal oil, minyak yang selundupan itu ditampung oleh Singapura," katanya dikutip Hops.ID dari kanal Youtube Hersubeno Point pada Senin, 23 Mei 2022.
Adhie Massardi kemudian mengungkapkan bahwa Gus Dur lantas mengancam minta agar Singapura berhenti menampung atau jadi penadah illegal logging itu.
“Enggak lama kemudian, sekretarisnya Kedubes kontak saya, dia ingin menjelaskan, ya kita dengerin apa penjelasannya," jelasnya.
"Dia bilang 'Pak Adhie, Singapura itu kan pelabuhan internasional, tidak mungkin kita menjadi penadah barang-barang ilegal, selundupan-selundupan. Jadi kayu dan minyak yang masuk ke kita itu legal'," tutur Adhie Massardi.
Adhie pun mengaku kecewa bukannya mengakui kesalahan, Singapura justru menyalahkan adanya tindakan ilegal tersebut ke Pemerintah Indonesia.
"Dia ceritakan juga, dia tahu juga proses legalisasinya itu ada di tengah laut, jadi oleh pejabat kita juga. Dia bilang 'kalau kita jelaskan, ini kan nanti Indonesia tersinggung. Persoalannya bangsa Indonesia ini persoalan mengawasi aparatnya sendiri'," ujar Adhie Massardi.
Di sisi hubungan non ketatanegaraan sebenarnya tak ada masalah. “Kita juga dengan masyarakat Singapura itu fine-fine aja, gak ada masalah. Buktinya kalau kita ke Singapura disambut dengan baik, kalau uangnya banyak lebih baik lagi, belanja-belanja," lanjutnya.
Tetapi, kata dia, dari sisi ketatanegaraan setelah pak Harto lengser memang mereka berubah sikap. ”Sangat merendahkan Indonesia karena faktanya memang pemimpin-pemimpin kita juga tidak memperhatikan rakyatnya," ujarnya.
Dia menerangkan bahwa karena tidak memperhatikan rakyat, sosok pemimpin Indonesia akhirnya tidak dihormati oleh negara lain.
"Akibat tidak memperhatikan rakyat, jadi kalau kita contohlah misalnya kalau kita tidak mengurus anak-anak kita, tetangga juga kan tidak hormat dengan anak itu," ucapnya.
"Begitu pula di negara, kayak contoh karena oleh rakyatnya Presiden Widodo ini tidak dihormati, di negara lain juga 'Ngapain juga gue harus menghormati, rakyatnya aja tidak menghormati' itu yang terjadi kemarin itu di Amerika," imbuhnya.
Adhie Massardi menjerlakan hal tersebut kemudian menjadi salah satu masalah kompleks Singapura dengan Indonesia pada masa pemerintahan Gus Dur.
"Saya lapor sama Gus Dur, 'Iya kan mereka juga yang mengatur, dan dia tahu bahwa dilegalisasi di tengah jalan itu termasuk ilegal. Negara harusnya mengawasi, menolak hal-hal semacam itu'," terangnya menambahkan.
Adhie Massardi juga menceritakan beberapa kejadian lainnya yang membuat Gus Dur membenci Singapura.
"Kita pernah juga bilang jangan melindungi para koruptor lah, orang Kedubes Singapura itu mengatakan bahwa 'Pak Adhie, itu yang disebut di Indonesia koruptor itu waktu masuk ke Singapura itu sebagai warga negara yang bukan koruptor," sebutnya.
"Bawa paspor yang sah, masuk ke situ, baru dinyatakan koruptor. Jadi sebetulnya kesalahan ada di aparat kita, dari sisi saya bilang ini bener tapi kan nggak gitu-gitu amat juga," ucap Adhie Massardi menambahkan.
Setelah Gus lengser Singapura kembali membuatnya marah.
"Setelah Gus Dur lengser, ketika di Indonesia heboh soal teroris pasca 911 itu, karena Gus Dur pemimpin umat Islam di Indonesia yang juga organisasi besar NU, kemudian Lee Kuan Yew (perdana menteri) menuduh Indonesia sarang teroris, ya marah lah Gus Dur," tutur Adhie Massardi.
"Karena di dunia ini kan Gus Dur dikenal sebagai pemimpin umat Islam yang moderat, yang menjadi mayoritas di Indonesia," tegasnya.
"Jadi wajar kalau Gus Dur tersinggung, kemudian dia marah, dia mengatakan bahwa 'kalau mau bikin ribut, kita bikin ribut dengan Singapura'," tandasnya lagi.[hops]