Oleh: Ustadz Muhammad Laili Al-Fadhli
Saya sering menganalogikan orang awam layaknya orang yang lapar. Kebutuhan dia adalah makan, bukan mempelajari cara masak yang paling baik.
Kebutuhan orang awam adalah beramal dengan amalan yang sah secara fikih, bukan memahami dalil dengan terperinci. Maka cukup bagi orang awam untuk mempelajari tata cara ibadah dari kitab-kitab ringkas yang praktis, tidak justru langsung berhadapan dengan Al-Quran dan Hadits. Karena hal tersebut ibarat orang yang sedang kelaparan, lalu diberi hidangan berupa bahan-bahan mentah.
Orang awam ibarat orang lapar yang tidak memiliki keahlian memasak. Bahkan tidak memiliki perlengkapan dan peralatan. Bagaimana ia akan mengiris rempah-rempah tanpa pisau? Bagaimana ia memasak tanpa wajan dan kompor? Kalaupun ia memiliki alat-alat tersebut, maka bagaimana ia akan memasaknya dengan benar kalau ia tidak memiliki keahlian dalam meracik bumbu dan mengolah semua bahan mentah itu?
Peralatan memasak itu ibarat ilmu alat, seperti bahasa Arab, ushul fiqih, ushul hadits, tafsir, balaghah, dan selainnya. Namun, orang yang menguasai ilmu alat pun belum tentu bisa menghasilkan masakan yang sempurna karena keahlian setiap orang berbeda-beda walaupun memiliki bahan mentah dan peralatan yang sama.
Seorang mujtahid mutlak yang memiliki penalaran dan kemampuan menggali hukum jelas berbeda dengan seseorang yang sekadar menguasai ilmu alat, namun tidak menguasai kemampuan penalaran dan ketajaman dalam menganalisis dalil serta masalah yang dihadapinya. Apalagi orang-orang awam.
Maka seruan "Kembali Kepada Al-Qurân dan As-Sunnah" dengan bermaksud menghadapkan orang-orang awam kepada keduanya secara langsung adalah seruan yang tidak rasional sama sekali. Bahkan, sangat membahayakan orang-orang awam, karena kerusakan yang ditimbulkan jauh lebih besar daripada kebaikan yang didapatkan.
Sekali lagi, bahwa kebutuhan orang awam itu beramal dengan benar, menjalankan ibadah sesuai dengan rukun dan syaratnya. Ibarat orang lapar yang hanya membutuhkan makanan yang bisa langsung segera dimakan. Maka berilah ia makanan agar bisa segera menutupi rasa laparnya, bukan malah memberikan bahan mentah yang jelas tidak akan memberikan manfaat baginya. Wallahu a'lam.(*)