[PORTAL-ISLAM.ID] Ketua Umum Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, melakukan safari Idul Fitri 2022 ke berbagai tokoh Nahdlatul Ulama dalam beberapa hari terakhir.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menilai manuver Prabowo tersebut untuk mencari dukungan politik yang tergerus akibat ditinggalkan basis pendukungnya pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, Persatuan Alumni atau PA 212.
PA 212 mencabut dukungannya karena Prabowo memutuskan bergabung dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
"Kita tahu di Pilpres 2019 lalu Prabowo didukung kelompok 212, dan saat ini antara Prabowo dengan kelompok 212 sedang bermusuhan. Jadi suka tak suka senang tak senang, mencari dukungan ke kelompok lain. Nah, kelompok itu NU," ujar Ujang saat dihubungi Tempo, Sabtu, 7 Mei 2022.
Ujang menerangkan, Nahdlatul Ulama merupakan organisasi masyarakat Islam dengan jumlah anggota terbesar di Indonesia. Dengan mendekatinya, Ujang menduga Prabowo sedang menggalang dukungan agar elektabilitasnya semakin naik jelang Pemilu 2024.
"Dengan kelompok Islam 212 kan sudah cerai. Maka pilihannya ke kelompok NU. Bukan hanya memperluas (jumlah dukungan), tapi untuk mengganti dukungan dari kelompok 212 yang sudah menjauh dari Prabowo," ujar Ujang.
Prabowo melakukan safari Idul Fitri 2022 dengan berkunjung ke pondok pesantren dan menemui sejumlah tokoh Nadlatul Ulama di Jawa Timur hingga Jawa Barat. DIa juga bertemu dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indra Parawansa di Surabaya, Jawa Timur, dan berziarah ke makam Presiden ke-4 Indonesia, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Selain itu, Prabowo juga disebut berencana bertemu dengan para Rais Aam dan Ketua Umum PBNU pada sisa liburan Idul Fitri 2022 ini. Prabowo disebut akan bertemu dengan mereka sebelum kembali beraktifitas sebagai Menteri Pertahanan.
Meskipun demikian, pihak Gerindra menolak anggapan bahwa kunjungan Prabowo Subianto tersebut berkaitan dengan Pilpres 2024. Sekjen Gerindra Ahmad Muzani, misalnya, menyatakan bahwa Prabowo hanya mempererat silaturahmi yang sudah tersambung bertahun-tahun meskipun mengklaim bahwa sejumlah tokoh NU mendoakan ketua dewan pembina partainya itu bisa menjadi pemimpin Indonesia selanjutnya.
(Sumber: Tempo)