Ada seorang pemuda Yahudi, biasa membantu Nabi, sakit, maka Nabi menjenguknya. Nabi duduk didekat kepalanya, lantas Nabi bertitah: Masuklah Islam...
Si Pemuda menoleh kepada Ayahnya yang mendampinginya, apa saran ayahnya?
Si Ayah berkata: Patuhilah Abul Qasim (Muhammad -red)
Si Pemuda lantas bersyahadat.
Nabi kemudian keluar dan memuji Allah atas Keislaman Pemuda tersebut yang melalui Asbab Beliau Pemuda tersebut selamat dari Neraka.
(Hadits Sohih)
Pelajaran Penting:
1. Boleh mempekerjakan Non Muslim di unit usaha kita, selama tidak memberinya jabatan yang menyangkut hajat hidup kaum muslimin lainya.
2. Boleh mengunjungi Non muslim yang sakit atau menjelang matinya untuk menyampaikan pesan Tauhid.
3. Selama si Pemuda Yahudi ini menjadi Pembantu Nabi, Si Yahudi tidak dipaksa Nabi atau diancam dibawah Hunusan Pedang supaya masuk Islam.
Terbukti, Si Yahudi yang setiap hari membantu keperluan, berinteraksi, melihat dan berkomunikasi dengan Nabi tidak berubah menjadi Muslim sampai menjelang matinya.
Jika Islam dipaksakan dibawah Hunusan Pedang, maka Nabi tidak perlu menandatangani Traktat Perdamaian, Jaminan keamanan dan tidak perlu mengklasifikasikan Kafir sebagai kafir mu'ahad, musta'man dan kafir Harbi.
4. Ayah si Pemuda Yahudi ini menginginkan kebaikan untuk Anaknya, dia mengedepankan keselamatan Akhirat Anaknya ketimbang Ego fanatisme Golongannya. Dia tahu Muhammad adalah Benar Utusan Tuhan, sebagaimana dia mengenalinya dalam Taurat. Maka dia berdamai dengan Egonya dan menyuruh anaknya mematuhi Abul Qasim.
5. Amalan itu jika ditutup dengan kalimat syahadah, kalimat Tauhid yang menjadi syarat keislaman seseorang maka akhirnya dia akan masuk surga, meski seumur hidupnya sebagai pelaku maksiat.
6. Anjuran memberikan kabar gembira atas keislaman seseorang.
7. Allah berkenan memberikan hidayah kepada seorang yang berbakti pada Kedua Orang Tuanya meskipun kafir.
Menolehnya si Anak tersebut kepada ayahnya, menanti apa titah sang ayah, menunjukkan dia sangat patuh kepada Ayahnya, dia juga telah melihat keindahan dan kesempurnaan Akhlak Nabi yang selama ini selalu disertainya.
Dia hanya butuh satu stage lagi, yakni keridhoaan ayahnya untuk menjadi Muslim, dan ayahnya menyetujuinya.
(Aly Raihan El-Mishry)