"Orangnya ramah dan baik. Senyumnya manis banget. Orang humble gitu kok dihujat. Plis deh gak usah fanatik...!!"

"Orangnya ramah dan baik. Senyumnya manis banget.  Looks smart juga. Udah deh biarin aja. Orang humble gitu kok dihujat. Plis deh gak usah fanatik. Humanis dikit napa sih?"

Komentar beberapa netijreng yang membela Ragil si tulang lunak terlihat bijak banget. Terlihat manusiawi dan membuai. Terlihat benar padahal sejatinya Big Wrong!!!

Apakah kalau orangnya ramah dan baik itu otomatis segala perilakunya bisa ditolerir? Begitu banyak politikus yang terlihat santun dan ramah. Mereka membangun citra dirinya dengan sempurna hanya untuk menipu orang banyak. Betapa banyak para koruptor yang menggarong duit rakyat padahal orangnya sangat ramah.

Apakah orang yang looks smarts itu otomatis dia menjaga driinya dengan baik? Terlalu banyak kisah smart people yang menjadi psikopat, atheis, ataupun penjahat. Abu Jahal adalah sosok bangsawan yang cerdas di zamannya. Dia disebut juga sebagai Abu Hakam karena saking bijaknya. Tapi ternyata kecerdasan dan kebijaksanaanny digunakan untuk memusuhi Rasulullah SAW. 

Kaum-kaum yang diazab mayoritas berisi orang yang cerdas. Mereka memiliki kebudayaan yang tinggi. Mampu membangun bangunan mewah nan tinggi menjulang. Tapi kecerdasan mereka tak mampu membawa hati mereka untuk tunduk kepada Allah SWT. Mereka justru menjadi kaum yang durhaka. Dan menentang para utusan-Nya.

Kecerdasan, kesantunan, dan keramahan seseorang bukanlah parameter yang menentukan bahwa seseorang itu baik atau tidak. Karena parameter yang sesungguhnya adalah ketundukan kepada aturan-Nya.

Ketika Allah sudah me-lak-nat kaum penyuka sesama jenis, maka itulah parameter yang harus kita patuhi. Ketundukan dan keimanan adalah jalan keselamatan di masa akhir zaman ini. 

Tapi ada satu hal yang saya garis bawahi dari kasus Ragil. Kaum tulang lunak yang jelas-jelas dimurkai Allah bisa begitu ramah, mengapa kita yang mengaku pembawa panji-panji ilahi terkadang tak bisa ramah? Mengapa terkadang berlaku keras terhadap sesama muslim dan lunak kepada selainnya?

Marketer kaum tulang lunak begitu lihai mempengaruhi opini masyarakat. Mereka membungkus dirinya dengan keramahan dan senyuman, agar bisa merebut simpati masyarakat. Mereka berlaku baik agar bisa diterima warga.

Siapapun akan menyukai sosok ramah, santun, humble. First impression sangat menentukan perlakuan kepada seseorang. Jika kesan pertama begitu mempesona, maka selanjutnya bisa diambil hatinya.

Kita tidak boleh kalah dengan kaum tulang lunak. Mereka bisa memasarkan kelakuan sesatnya dengan lancar. Mereka membangun personal branding yang memukau. Padahal sejatinya mereka vangsat. 

Semoga kita bisa membingkai diri dengan baik, agar orang-orang tidak takut belajar agama. Agar orang-orang tersentuh dan tertarik mempelajari Islam lebih dalam.

Bukankah menyenangkan sekali andai ada orang yang tertarik belajar agama karena diri kita? Bukankah sangat membahagiakan menjadi tim marketing our religion? Sejatinya kita semua adalah marketer Islam. 

Nahnu du'at qobla kulli syai'in ❤️

(By Widi Astuti)

Baca juga :