[PORTAL-ISLAM.ID] Presiden Joko Widodo dianggap hanya menjadi marketer atau pemasar bisnis individu dan private sektor yang diduga dikuasasi dan dimonopoli oleh para menterinya saat berada di Amerika Serikat. Tepatnya saat mempromosikan baterai litium dan nikel di pertemuan KTT ASEAN-Amerika Serikat (AS).
Begitu analisa aktivis kemanusiaan Natalius Pigai atas pidato Presiden Jokowi di hadapan Menteri Perdagangan AS dan para pebisnis di sana.
"Pidato hanya promosi baterei Litium dan Nikel, diduga berhubungan dengan bisnis seorang menteri besar, startup dan digital, diduga berhubungan dengan kepentingan bisnis seorang Menteri portofolio,” ujarnya dalam pesan yang diterima Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (15/5).
“NB (Nambah): jangan emosi, tapi boleh bantah karena ini demi negara," sambungnya.
Pigai mengaku menyayangkan ada beberapa sektor yang tidak dimunculkan Jokowi saat pidato tersebut. Misalnya di sektor perikanan yang mempunyai potensi Rp 37 triliun per tahun.
"Pertanian dan perkebunan 16 juta hektare dan berpotensi bisa buka lahan baru dua kali lipat tidak muncul di pidato, dan sektor manufaktur bisa menggeser barang-barang impor seperti yang diterapkan di Tiongkok dan India juga tidak muncul," kata Pigai.
Mantan komisioner Komnas HAM ini turut menyinggung sektir pariwisata yang bisa meningkat signifikan dari 16 juta per tahun menjadi 30 juta per tahun jika investor asing bisa menanamkan modal besar. Apalagi, Indonesia merupakan negara tropis yang menjanjikan bagi negara-negara utara Eropa, Amerika, dan Australia.
"Semua potensi itu tidak dipasarkan Jokowi di hadapan CEO dan executive di USA. Kasihan presiden hanya jadi marketer bisnis individu dan private sektor yang diduga dikuasai dan dimonopoli oleh para menteri Jokowinya sendiri," pungkas Pigai.[rmol]