Ibn Ishaq mengisahkan, selepas penaklukkan Makkah, Abu Bakar membawa ayahnya yang sudah renta ke hadapan Rasulullah untuk menyatakan memeluk Islam. "Wahai Abu Bakar, mengapa engkau tidak membiarkan ayahmu berdiam diri di rumah saja dan aku yang akan datang menemuinya?" jawab Rasulullah sebelum menerima keislaman ayah Abu Bakar tersebut.
Lain waktu, seperti diriwayatkan Ibn Mas'ud, ada seorang pria di Madinah yang curhat pada Rasulullah bahwa ia kerap sengaja datang terlambat ke masjid untuk shalat subuh karena imam di wilayahnya sering membaca surat-surat yang panjang. Rasulullah menjawab, “Sungguh di antara kalian ada yang menjadi penyebab orang-orang lari (dari shalat jamaah). Siapa saja di antara kalian yang menjadi imam, hendaknya ia memendekkannya. Karena di antara para makmum ada yang lemah, ada yang tua dan ada yang memiliki keperluan.”
Sementara Imam Bukhari mencatat, suatu waktu ada seorang tua hendak menemui Rasulullah namun jalannya terhalangi para sahabat lain yang lebih muda. "Tidak termasuk bagian dari kami orang yang tidak mencintai anak kecil dan tidak menghormati orang tua,” kata Rasulullah menegur mereka yang menghalangi jalan.
Jadi, ndak ada cerita. Mau engkau anak kiai, anak pejabat, rajin hadir pengajian, preman terminal, punya gelar dari Madinah atawa Makkah, lulus S3 dari Oxford, jika di KTP-nya masih Islam, menghormati orang yang lebih tua apalagi yang sudah sepuh adalah kewajiban yang melekat…
(Fitriyan Zamzami)