[PORTAL-ISLAM.ID] Mendiang Presiden Zimbabwe Robert Mugabe sangat anti dan membenci kaum homoseksual.
Mugabe begitu keras dengan kaum gay, karena dia beranggapan, pria penyuka sesama jenis akan menghancurkan garis keturunannya.
"Homoseksual berusaha menghancurkan garis keturunan kami, dengan mengatakan, John dan John harus menikah, Maria dan Maria harus menikah," ujarnya.
Dia pun akan memenjarakan pasangan sesama jenis LGBT dan hanya akan membebaskan kalau berhasil melahirkan anak.
"Penjarakan pasangan LGBT yang menikah dalam satu sel. Dan bebaskan mereka bila berhasil melahirkan anak," kata Mugabe.
Mugabe bahkan lebih keras lagi akan memenggal kepala mereka.
"Jika Anda mengurung para pria dan mengunci mereka di sebuah rumah selama lima tahun, dan memberitahunya untuk keluar dengan dua orang anak (bisa melahirkan anak), tapi mereka gagal melakukan itu, maka kita akan memenggal kepalanya," ujar Mugabai, seperti dikutip Pink News, Jumat (2/8/2013)
Aktivitas seksual sesama jenis merupakan ilegal di Zimbabwe. Sejak tahun 1995, pemerintah telah melakukan kampanye melawan gay dan lesbian.
Pada saat merayakan ulangtahunnya pada Februari 2012, dalam pidatonya Mugabe mendesak para gay untuk pergi ke 'neraka'.
Bahkan saat pidato di Sidang Umum PBB, Presiden Mugabe memanfaatkannya untuk mengkitik keras PBB yang melindungi LGBT dengan alasan HAM.
Pidato Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe, di Sidang Umum PBB di New York pada Senin (28/9/2015) mengejutkan para pemimpin negara yang hadir. Bagaimana tidak, di mimbar PBB, Mugabe menyisipkan pandangannya soal homoseksualitas.
Mugabe, 91, menggunakan kesempatan berpidato di mimbar PBB untuk melontarkan kritik terhadap PBB yang dinilai mencoba memaksakan peraturan hak asasi manusia di sejumlah negara, Mugabe menyampaikan komentar soal peraturan HAM untuk kaum gay.
"Kami terus menolak segala upaya untuk menerapkan 'HAM' yang bertolak belakang dengan nilai, norma, tradisi dan kepercayaan kami. Kami bukan gay," ucap Mugabe, dilansir dari The Telegraph.
Mugabe, yang terkenal karena gaya kepemimpinannya yang dinilai diktator, kerap kali terang-terangan soal kebijakannya di negaranya terhadap kaum LGBT. Homoseksual dianggap ilegal di Zimbabwe, dan Mugabe kerap menerima kritikan tajam dari negara Barat soal hal ini.
Ini bukan kali pertama Mugabe melontarkan pandangannya soal penerimaan kaum sesama jenis. Ketika Mahkamah Agung AS di era Presiden Obama akhirnya melegalkan pernikahan sesama jenis pada akhir Juni lalu, Mugabe melontarkan pernyataan yang tak kalah kontroversial.
"Saya baru mendengar bahwa Presiden Obama mendukung pernikahan sesama jenis, mempermudah advokasi kaum homoseksual, jika begitu, maka jika diperlukan saya akan terbang ke Washington, D.C., berlutut di hadapan Obama dan melamarnya," ledek Mugabe kala itu.
"Saya tidak bisa mengerti bagaimana orang-orang berani melanggar ajaran Kristus yang dengan gamblang melarang praktik sodomi," tegas Mugabe.
Mugabe memimpin Zimbabwe sebagai Perdana Menteri sejak merdeka dari Inggris tahun 1980. Jabatan presidennya dimulai pada 31 Desember 1987 hingga mengundurkan diri pada 21 November 2017.
Mugabe menghembuskan nafas terakhir pada usia 95 tahun di Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan Gleneagles, Singapura pada 6 September 2019. Ia dirawat secara intensif di RS tersebut sejak Mei 2018.(*)