[PORTAL-ISLAM.ID] Ulama yang juga cendekiawan Islam, Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii Maarif meninggal dunia pada hari ini, Jumat (25/5).
Kepergian tokoh besar bagi semua kalangan ini menjadi duka cita mendalam bagi bangsa Indonesia.
Kepergian Buya Syafii mengingatkan kembali tentang tulisan mendiang Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Judulnya "Tiga Pendekar dari Chicago" yang ditayangkan Majalah Tempo pada 1992 silam.
Salah satu pendekar yang dimaksud Gus Dur adalah Buya Syafii.
Pendekar lainnya adalah alm. Nurcholish Madjid atau Cak Nur serta Amien Rais.
Kini, sepeninggal Buya Syafii, tinggal satu pendekar dari Chicago yang masih tersisa.
Para Pendekar
Gus Dur menyebut Buya Syafii, Nurcholish dan Amien Rais sebagai pendekar dari Chicago karena mereka adalah cendekiawan muslim Indonesia generasi pertama yang menimba ilmu di Universitas Chicago, Amerika Serikat.
Menurut Gus Dur, ketiga pendekar itu memiliki pandangan yang berbeda dan memiliki kekhasan masing-masing dalam upaya memajukan Islam.
Perbedaan pandangan sangat terlihat ketika mereka sudah kembali ke Indonesia dan aktif dalam kegiatan sosial politik.
Gus Dur menganggap Nurcholish memiliki pandangan yang berangkat dari keterbukaan sikap seperti saat peradaban Islam berada di puncak kejayaannya di Timur Tengah.
Keterbukaan itu membuat Islam menjadi lebih universal karena menyerap banyak hal.
Oleh karena itu, Nurcholish lebih menekankan mencari persamaan di antara semua agama dan budaya. Inklusivitas Islam harus dipertahankan demi kemajuan.
"Terkenal sekali semboyan Nurcholish Islam yes, partai politik (Islam) no," mengutip tulisan Gus Dur berjudul Tiga Pendekar dari Chicago.
Pandangan Nurcholish itu, kata Gus Dur, bertabrakan dengan pemikiran Amien Rais.
Gus Dur menilai Amien Rais ingin berpegang pada Islam sebagai sumber-sumber nilai kehidupan yang unik.
Gus Dur melihat Amien Rais cenderung politis dalam upaya memajukan dan melestarikan kekhasan Islam.
Kekuasaan dalam politik dinilai sangat penting agar pelestarian kekhasan Islam bisa dilestarikan dalam sebuah sistem yang utuh.
Buya Syafii di Mata Gus Dur
Buya Syafii Maarif memiliki pandangan yang cenderung lebih dekat dengan pemikiran Nurcholish ketimbang Amien Rais. Kultural Islam lebih diutamakan.
Meski demikian, Buya Syafii tak melewatkan pentingnya peran kekuasaan dalam memajukan Islam.
Gus Dur menganggap wajar Buya Syafii beranggapan demikian karena punya latar belakang aktif di organisasi.
Di mata Gus Dur, Buya Syafii menganggap Islam bisa lebih berkembang jika ada perwakilannya di pusat kekuasaan.
"Mungkin akan lebih nges kalau pandangan ini disemboyankan sebagai 'Islam yes, politik Islam yes," mengutip tulisan Gus Dur yang mendekatkan semboyan Nurcholish dengan pandangan Buya Syafii.
Perbedaan dalam Kesatuan
Terlepas ada perbedaan pandangan dalam memajukan Islam, ketiga pendekar dari Chicago itu juga memiliki kesamaan, yakni sama-sama merasa perlu mengembangkan Islam di segala bidang.
Gus Dur mengatakan ketiganya juga sepakat perlu ada perubahan mendasar dalam pandangan hidup kaum muslim jika ingin mengejar ketertinggalannya.
"Dalam merumuskan kelayakan upaya-upaya itulah terjadi 'perbedaan dalam kesatuan' antara mereka bertiga," kata Gus Dur.
Kini, dari tiga pendekar dari Chicago, hanya tersisa Amien Rais.
Nurcholish Madjid wafat pada 2005 lalu, sementara Buya Syafii baru saja meninggal pada hari ini.
Akan tetapi, pemikiran mereka akan selalu hidup dan tak akan terkubur oleh kemajuan zaman. [cnn]