[PORTAL-ISLAM.ID] Sebelum purna bakti pada 16 Oktober 2022, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan melalui Baznas-Bazis DKI Jakarta akan membangun pesantren disabilitas di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
“Program ini hasil kolaborasi antara Baznas-Bazis DKI Jakarta dengan Dinas Sosial DKI Jakarta. Dinas Sosial punya tempat di Lebak Bulus, kemudian kita renovasi untuk dijadikan pesantren disabilitas, Insya Allah tahun ini dimulai,” kata Ketua Baznas Bazis DKI Jakarta, Akhmad H. Abubakar dalam keterangannya, Selasa (17/5/2022).
Akhmad H. Abubakar mengatakan, pembangunan pesantren disabilitas ini murni untuk aspek kemanusiaan yang nantinya diperuntukkan bagi warga Jakarta, penyandang disabilitas, terutama tuna rungu.
Pihaknya akan menyiapkan program khusus untuk pengajar bahasa isyarat dalam membaca Al-Quran.
“Kita memandang, mereka ini sumber daya insani yang potensial untuk dikembangkan. Mereka yang mengalami disabilitas ini juga sangat membutuhkan peningkatan religinya. Ini kita perhatikan supaya di pesantren disabilitas ini, mereka bisa beribadah, supaya bisa berkontribusi dalam kehidupannya sesuai agama masing-masing,” kata Akhmad H. Abubakar.
Wakil Ketua IV Baznas Bazis DKI Jakarta M. Nasir menambahkan, Baznas Bazis DKI Jakarta telah memiliki program Difabis (Difabel Baznas Bazis) untuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik.
Saat ini, program Difabis telah dijalankan di Terowongan Kendal Kawasan Sudirman Jakarta Pusat dengan membuka kios kopi Difabis.
Program ini bertujuan untuk memberdayakan para disabilitas di DKI Jakarta untuk dapat berkarya dan mandiri dengan cara berjualan pada sebuah kios yang dibangun oleh Baznas Bazis DKI Jakarta.
Kios kopi Difabis diharapkan menjadi salah satu solusi untuk memberdayakan para penyandang disabilitas untuk bisa mandiri dan survive dengan usaha keras mereka sendiri.
Nasir melanjutkan, pesantren difabis bagi penyandang disabilitas memiliki kapasitas hingga 40 santri yang akan disaring melalui panti-panti Dinas Sosial DKI Jakarta.
“Ada kebutuhan mendesak di saat saudara kita yang tuna rungu tidak bisa memahami Al-Quran karena pemberi isyaratnya hanya menyampaikan bahasa umum saja. Dengan adanya pesantren difabis ini, diharapkan menjadi pusat pembinaan guru-guru tahfidz bagi tuna rungu,” demikian Nasir.
(Sumber: RMOLJakarta)