PENGADILAN JALANAN
Oleh: Azwar Siregar
Secara pribadi, saya menyayangkan aksi main hakim sendiri dari massa yang memukuli dan hampir menelanjangi Ade Armando di Aksi Demonstrasi kumpulan BEM hari ini.
Tapi dilain pihak, saya harus mengakui, ada semacam perasaan lega, karena si Provokator mendapatkan balasan dan "pelajaran berharga" dari ulah dan provokasinya selama ini.
Bukan mau membenarkan tindakan para Massa yang memukuli Ade Armando. Secara hukum tetap salah. Secara logika juga tidak dapat dibenarkan.
Sangat sulit menemukan kata yang tepat untuk masalah ini. Kalau mau, kita bisa katakan: Tidak dibenarkan tapi bisa dimaklumi!
Mungkin kita harus mengambil contoh Jambret atau Maling yang tertangkap Massa. Dalam banyak kasus, Jambret dan Maling yang tertangkap akan diikat, dipukuli dan bahkan tidak jarang dianiaya.
Perbuatan mengikat, memukuli dan menganiaya Maling secara hukum salah. Secara logika juga tidak bisa dibenarkan. Tapi bisa dimaklumi.
Pertanyaannya "Apakah Ade Armando seorang Maling sehingga diimaklumi untuk dimain hakimi beramai-ramai?"
Bagi sebagian orang, ulah dan provokasi Ade Armando yang sudah berulangkali dianggap melecehkan dan menista agama jauh lebih berbahaya daripada sekedar Maling.
Tentu saja yang saya maksud dengan sebagian orang itu adalah Umat Islam yang benar-benar sayang kepada Islam. Bahkan di banyak Negara yang dianggap berislam dengan sangat militan, sebut saja seperti di Pakistan, penistaan agama seringkali harus dibayar dengan Nyawa.
Hanya saja bagi sebagian Umat Islam di Negeri ini yang lebih sekuler, apalagi bagi kelompok Komunis, penistaan agama adalah hal yang biasa saja.
Hal kedua yang menurut saya penyebab pemukulan dan penganiayaan terhadap Ade Armando adalah akibat tindakan aparat hukum di Negara kita yang dianggap sangat berpihak. Tajam kepada oposisi tapi tumpul terhadap pendukung Pemerintah.
Perasaan dan sikap tidak adil sangat rentan membuat orang jadi kalap. Dan ketika keadilan di Lembaga Hukum tidak bisa ditemukan, orang akan mencari dan menciptakan keadilan sendiri di Jalanan!
Saya kira kalau bangsa kita mau belajar, kasus-kasus ketidakadilan dan akhirnya membuat masyarakat menciptakan keadilan sendiri sudah sering terjadi.
Untuk kasus-kasus Provokasi berlatar belakang penistaan Agama misalnya terjadi kepada M Kace yang justru dilakukan seorang Polisi, Jenderal Bonaparte. Si Kace dihajar dan mukanya dilumuri dengan tai.
Jauh sebelumnya hal yang sama juga pernah menimpa Ninoy Karundeng. Seorang Pegiat Media Sosial yang kerap kali dianggap memprovokasi kelompok yang berseberangan dengan Pemerintah.
Herannya, para Provokator yang sering dianggap menistakan Umat Islam ini tidak pernah kapok. Malah semakin menjadi-jadi karena menganggap hukum tidak bisa menyentuh mereka.
Bahkan tidak jarang beberapa oknum Pembesar Negeri ini seperti sengaja "memelihara" para Buzzer dan Provokator. Tujuannya tentu saja untuk terus menciptakan perpecahan diantara anak bangsa.
Cepat sembuh Mas Ade Armando. Dan semoga kedepan bisa bertaubat. Dan buat para Provokator lainnya seperti Abu Janda, Kuntet dan Densi, kalian bisa saja berlindung dibalik ketiak Penguasa. Kalian juga tidak harus takut dengan orang-orang seperti saya yang lebih memilih melawan narasi dengan narasi.
Tapi percayalah, kalian memang sudah seharusnya mesti khawatir dan takut dengan keadilan jalanan dari saudara-saudara sebangsa kita yang lain. Mereka yang tidak mampu mengontrol emosi karena bolak balik serta berkali-kali kalian Provokasi dan kalian caci-maki.
Misalnya ya dengan memaki orang lain kodran-kadrun, hanya karena mengkritik atau tidak sepakat dengan Pemerintah. Lucunya disaat bersamaan ketika Negara kita kekurangan Dana untuk membuat Ibu Kota Negara Baru, mengemisnya ke Negara Kadrun juga!
Sekali lagi cepat sembuh Mas Ade Armando dan semoga kejadian seperti ini tidak pernah terulang lagi.
(*)