Sekedar Dirjen, ini tidak mungkin. Memuluskan mafia mempecundangi Negara, jelas adalah pekerjaan pejabat yang levelnya jauh di atas seorang Dirjen.
Maka, sudah dipastikan bahwa Indrasari Wisnu Wardhana hanyalah tumbal untuk melindungi raksasa mafia yang sebenarnya.
Atau sekedar upaya mengelabui rakyat, bahwa Pemerintah serius memberantas mafia minyak goreng yang telah membuat harga satu di antara kebutuhan pokok tersebut melambung.
Tumbal akhirnya dimunculkan. Sebab upaya menutupi kejahatan minyak goreng ini tidak bisa dilakukan. Tidak bisa, karena kejahatan tersebut terlalu vulgar. Ceto welo-welo!
Bagaimana mungkin negara penghasil sawit terbesar di dunia, bisa terjadi kelangkaan minyak goreng. Ditimbun bukan oleh tengkulak biasa, tapi sengaja disembunyikan mafia setingkat negara, atau bahkan di atas negara.
Di tengah kelangkaan, tetiba menjelang lebaran minyak goreng jadi banjir. Ada di mana-mana, tapi dengan harga selangit!
Rakyat marah, mahasiswa merespon. Rencana aksi besar-besaran disiarkan. Rakyat menyokong aksi mahasiswa.
Persoalan minyak goreng jadi satu paket dengan kewaspadaan akan terjadinya kejahatan bersama antara rezim dan anggota DPR untuk mencincang konstitusi, agar wacana Presiden 3 periode memperoleh jalannya.
Presiden merespon, seolah tidak menginginkan jabatannya diperpanjang. Tapi tak ada aksi nyata mencegah orang-orang yang selalu berkoar: Presiden 3 periode. Luhut Binsar Pandjaitan tetap keukeh, Muhaimin Iskandar tetap berkoar.
Padahal mudah saja seharusnya sebagai seorang presiden, Jokowi memecat LBP dan memecat menteri dari PKB.
Maka, pantas kalau rakyat tidak percaya begitu saja. Apalagi rekam jejak doi, yang telah banyak melakukan aksi yang berbeda dengan apa yang diucapkan. Ngomong kedelai, tapi yang terjadi tempe penyet!
Begitu juga dengan aksi Kejagung yang telah mentersangkakan Dirjen LN Kemendag, sekedar itu saja. Tapi harga minyak goreng tidak jua turun sebagaimana mestinya.
Ayo, Pak Jokowi, buktikan kalau Sampean memang berdaya. Bukan terpercaya!
Buktikan bahwa Anda benar-benar mengayomi rakyat, bukan mengelabui.
Secara prinsip saya tetap menginginkan Anda sampai 2024. Tapi kalau Presiden ternyata tidak berdaya di hadapan para mafia, lantas apa bedanya negara ini punya presiden dengan tanpa presiden?
Kalau sekedar buat pajangan saja, sama halnya dengan cerita FTV, yang kerap menampilkan pacar boongan untuk seorang gadis cantik.
(By Abrar Rifai)