[PORTAL-ISLAM.ID] Mahasiswa menolak wacana penundaan Pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden tiga periode melalui aksi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia atau BEM SI di depan kompleks parlemen DPR/MPR dan sejumlah titik pada Senin, 11 April 2022.
Namun aksi itu sempat diwarnai upaya penggembosan. Kaharuddin, Koordinator Pusat BEM SI mengungkapkan dirinya sempat mengalami beberapa teror. Ia mengaku, kadang dibuntuti orang tak dikenal saat melakukan seruan konsolidasi di Jakarta untuk demo 11 April tersebut. Bahkan Kaharuddin juga pernah ditelepon nomor asing,
“Kamu mau pulang sekarang atau mau pulang nama?” kata Kaharuddin, menuturkan ulang ancaman si penelepon kepada Tempo.co, Jumat 15 Februari 2022. Tak cuma itu, kediaman orang tuanya di Riau juga didatangi orang tak dikenal.
“Kami bersuara bukan seperti anak kecil yang lagi merengek kepada orang tuanya dan ketika orang tua membelikan mainan, kami diam,” kata mahasiswa Universitas Riau (UNRI) ini. Berikut petikan wawancaranya dengan Tempo.co:
Benarkah akun media sosial Anda diretas?
Tiga akun media sosial saya dan beberapa akun WhatsApp Presiden Mahasiswa atau pun BEM mengalami peretasan. Akun Instagram saya sampai saat ini belum bisa login, termasuk telegram dan Facebook. Tanggal 9 April ada postingan pembatalan lewat akun Instagram saya. “Aksi Tanggal 11 April saya nyatakan dibatalkan mengingat kasus Covid- 19 yang masih belum reda,” begitu kira-kira isi pengumumannya.
Menurut Anda, apa tujuan peretasan sebelum demo 11 April lalu?
Kita tidak tahu alasan kenapa mengalami peretasan, kita juga tidak tahu siapa yang mengerahkan untuk melakukan hal itu. Tentu kalau dari pandangan mahasiswa, ketika kita mengkritik sesuatu, ya pasti orang yang dikritik itulah yang melakukan peretasan, kan? Tetapi pergerakan mahasiswa harus jalan terus. Semakin diganggu semakin semangat untuk melakukan pergerakan. Apabila kita diganggu, artinya apa yang kita suarakan benar.
Apakah Anda pernah mendapatkan teror atau ancaman? Seperti Apa?
Sebelum aksi itu saya sempat ditelepon orang, saya kira reporter atau wartawan, ternyata bukan. “Kamu mau pulang sekarang atau mau pulang nama?”. Kemudian pasca aksi juga ada yang mendatangi rumah saya. Saya baru dapat informasi dua hari setelah aksi. Tetangga yang bercerita bahwa kemarin ada yang mencari rumah Kaharuddin. Mengabarkan bahwa Kaharuddin saat ini tidak bisa dihubungi.
Padahal saya selalu mengabari orang tua. Orang itu hanya ingin membuat khawatir orang tua saya agar, ya mungkin meminta anaknya untuk tidak aksi lagi.
Apakah ancaman semacam itu mengganggu konsolidasi BEM SI?
Di Jakarta, terkadang kita juga dibuntuti oleh orang tak dikenal ketika menyerukan konsolidasi. Bahkan konsolidasi kita pernah batal pada 7 April dan dibuat online. Alasannya, banyak yang hadir di luar dari mahasiswa. Tapi itu tidak menyurutkan semangat juang kita untuk terus menyuarakan kebenaran dan menyampaikan aspirasi.[tempo]