Nasi Goreng Megawati*
Cerita ini terkait dengan Abdul Gafur, mantan Menteri Muda Urusan Pemuda pada masa Orde Baru (masa jabatan 22 April 1978 – 21 Maret 1988), yang saat itu batal ditetapkan menjadi Gubernur Maluku Utara yang pertama.
Ceritanya, dalam Pemilihan Gubernur Maluku Utara yang digelar DPRD (saat itu belum ada Pilkada langsung dipilih rakyat, tapi oleh DPRD -red) pada 5 Juli 2001, Abdul Gafur yang berpasangan dengan Yamin Tawari berhasil mengungguli tiga pasangan lawannya, yaitu Thaib Armaiyn-Yamin Waisale, Raimadoya-Amin Drakel, dan Bahar Andili-Rusdi Hanafi.
Namun, kemenangan mereka kemudian dipersoalkan karena terindikasi diwarnai politik uang.
DPRD Maluku Utara, pada 28 September 2001 akhirnya membatalkan keputusan tentang terpilihnya Gafur tersebut.
Gafur, menurut keterangan Ketua DPRD Maluku Utara Rustam Conoras, terbukti menyuap dua anggota DPRD Maluku Utara, masing-masing Mohammad Safin dari Partai Golkar dan Muksin Sudara dari Partai Persatuan Pembangunan. Kasus ini kemudian bergulir panjang.
Belakangan, pada 18 April 2002, Presiden Megawati akhirnya menunjuk Sinyo H. Sarundajang sebagai Pejabat Gubernur Maluku Utara. Dia ditugaskan mempersiapkan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur definitif untuk masa jabatan 2002-2007.
Menurut Pak JK, panggilan akrab Jusuf Kalla, pembatalan kemenangan Gafur sebenarnya terjadi karena Presiden Megawati (Masa jabatan 23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004) tidak mau dia menjadi gubernur.
Hari Sabarno, selaku Menteri Dalam Negeri, meskipun dilematis, tidak dapat berbuat apa-apa dan memilih tidak melantik Gafur.
JK menuturkan, latar penyebab kegagalan Gafur menjadi gubernur sebenarnya terjadi lebih dari tiga puluh tahun lalu.
Saat Bung Karno hampir jatuh, pada awal tahun 1966, beliau mengundang perwakilan mahasiswa yang kerap berdemonstrasi menentangnya untuk datang ke Istana. Mereka terdiri atas para tokoh KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). Salah satunya adalah Abdul Gafur. Mahasiswa Fakultas Kedokteran UI ini, selain dikenal sebagai aktivis KAMI, juga merupakan aktivis HMI.
Dalam pertemuan itu Bung Karno meminta dibuatkan nasi goreng untuk para mahasiswa yang menjadi tamunya. Nasi goreng pesanan Bung Karno itu dibuat Megawati, anak perempuan tertuanya. Ketika nasi goreng buatan Megawati ini disuguhkan, semua aktivis mahasiswa yang hadir memakannya, termasuk Cosmas Batubara, Ketua KAMI. Hanya ada satu orang yang tidak mau memakan nasi goreng itu. Dan itu adalah Abdul Gafur. Di situlah, ujar JK, Megawati merasa tersinggung.
Ketersinggungan Megawati lebih dari tiga dekade silam itulah, menurut JK, yang membuat Abdul Gafur batal ditetapkan menjadi Gubernur Maluku Utara. Saya tidak tahu apakah cerita tersebut bersifat faktual atau hanya sekadar seloroh. Tetapi, ketika pertama kali diceritakan, saya tertawa mendengarnya.
(*Judul aslinya, "Nasi Goreng Abdul Gafur", dikutip dari buku Dipo Alam, Dalam Pusaran Adab Dipimpin dan Memimpin, 2022: 517-9)