Oleh: Tarmidzi Yusuf
(Pegiat Dakwah dan Sosial)
Dunia perpolitikan Indonesia riuh kembali. Bandul politik sempat oleng. Konon tiga ketua umum partai disetting. Tiga dari tujuh partai koalisi pemerintah mendukung Pemilu ditunda. Media pro oligarki ngipas-ngipasi.
Tiga partai tersebut setara dengan 187 kursi atau 32,5% kursi DPR. Beberapa partai wait and see. Menunggu sambil melihat arah bandul politik.
PDIP sebagai fraksi terbesar dan penentu langsung menolak. Pemilu ditunda langsung digembok PDIP. Dua partai oposisi, yaitu PKS dan Demokrat menolak dengan tegas.
Suara pemerintah terbelah. Pro dan kontra. Pura-pura tidak tahu. Berlepas diri sambil melihat arah angin partai berhembus. Cari aman. Tentu saja mencuri momentum. Mendulang keuntungan politik.
Paling akhir Gerindra baru bersikap setelah sempat ‘menunggu’. Tidak mungkin Gerindra bertolak belakang dengan PDIP soal Pemilu ditunda. Bahaya bagi rencana koalisi PDIP dan Gerindra di tahun 2024.
Bagi Gerindra, Pemilu ditunda sama halnya menutup pintu bagi Prabowo Subianto yang digadang-gadang akan maju kembali di Pilpres tahun 2024.
Demikian pula dengan PDIP. Pemilu ditunda sama saja mendukung ‘the real president’ untuk terus berkuasa. Manuver ‘the real president’ terbaca dengan cerdas oleh Megawati dan PDIP.
Sebagai partai pemenang pemilu dan pendukung utama Jokowi. Ironisnya, Megawati tereliminasi dari pusat kekuasaan. Kabarnya, Megawati kecewa. Reshuffle kabinet ujung tahun 2021 yang dijanjikan tak terbukti. Kalah kuasa dan kalah pamor dengan ‘menteri segala urusan’.
Mata langsung mengarah ‘menteri segala urusan’. Berdasarkan desas-desus yang berkembang. Tokoh yang selalu diasosiasikan sebagai ‘the real president’, arsitek Pemilu ditunda.
Dia juga yang coba mengutak-atik presiden tiga periode dan perpanjangan masa jabatan presiden melalui beberapa lembaga survei. Setelah ditolak mentah-mentah oleh rakyat. Muncul kembali gagasan dari ‘menteri segala urusan’ dengan meminjam lisan tiga ketua umum partai, Pemilu ditunda. Gaduh.
PAN dan Golkar kabarnya bergejolak. PKB dalam incaran pendukung fanatik Gus Dur. Gerbong rambut pirang melalui orang dekatnya, mengancam KLB PAN bila Zulkifli Hasan tidak mencabut statement tunda Pemilu. Demikian pula Golkar. Airlangga Hartarto terancam dimunaslubkan.
‘The real preident’ menyerah? Sepertinya akan terus maju. Walaupun tiga kali gagal. Presiden tiga periode gagal. Perpanjangan masa jabatan presiden gagal. Terakhir, pemilu ditunda lagi-lagi gagal.
Kuncinya ada di Megawati dan PDIP. Tidak mudah bagi ‘menteri segala urusan’ untuk menembus pertahanan kokoh Megawati dan PDIP. Risikonya besar. Bisa-bisa Jokowi terjungkal sebelum 2024. Jokowi sadar betul bila berani berhadap-hadapan dengan Megawati dan PDIP.
Pasca pemilu ditunda gagal. Diprediksi masih akan muncul manuver politik dari kubu ‘the real president’ agar tetap berkuasa. Cipta kondisi darurat sipil atau militer. Tidak menutup kemungkinan. Namanya juga hasrat dan birahi kekuasaan.
Pintu lain. Memancing atau memprovokasi pihak oposisi dan anti Jokowi turun ke jalan. Ingat peristiwa 1998. Serupa tapi tak sama.
Bandung, 2 Sya’ban 1443/3 Maret 2022