Sebuah tulisan ringan yg bagus, soal peran TNI , dimana TNI itu sebetulnya prajurit pejuang, bukan penghamba pada kekuasaan.
------------------
Hari "Kebandelan" TNI
Oleh: Wartawan Senior Tony Hashim
Sebelum membahas keistimewaan TNI, berikut perbandingan pasukan dari luar negeri...
👉18 Juni 1815, Waterloo, Belgia. Napoleon Bonaparte, Kaisar Prancis, memimpin langsung pasukannya dalam pertempuran melawan pasukan koalisi ke-7 (gabungan pasukan Inggris, Prussia, Russia, Spanyol, Portugal, dll).
Napoleon akhirnya terkepung dan menyerah. Hari itu juga, seluruh pasukan kebanggaan rakyat Prancis, Grande Armee, berjumlah 2,1 juta orang, yang mengusai lebih separoh daratan Eropa, menyerah total.
Dua pekan kemudian, pasukan koalisi Ke-7 masuk Paris tanpa ada perlawanan dari rakyat maupun tertara Prancis.
👉Berlin 30 April 1945: Pemimpin Jerman Adolf Hitler bunuh diri di bungkernya karena mengetahui pasukannya sudah tidak bisa lagi menahan laju serbuan tentara Sekutu.
Tapi karena pasukannya Wehrmacht dan milisi SS (total 22 juta personil) belum tahu kabar kematian Hitler mereka masih melanjutkan perlawanan di Berlin dan seluruh penjuru Eropa.
Tapi seminggu kemudian, setelah kematian Hitler diumumkan, peperangan langsung berhenti. Wehrmacth (Angkatan Bersenjata Reguler Jerman) yang begitu disiplin dan tangguh, menyatakan menyerah pada 7 Mei 1945.
Pernyataan itu dipatuhi oleh seluruh pasukan dan milisi SS. Jerman akhirnya diduduki Sekutu tanpa perlawanan sejak hari itu.
👉Jogjakarta 1 Maret 1949. Tentara Belanda melancarkan serangan besar2an mencari para pemimpin Indonesia yang mengungsi ke Jogjakarta.
Dalam serangan kilat tersebut, pasukan Belanda berhasil mengepung istana negara. Tiga pemimpin tertinggi Indonesia, Presiden Sukarno, Wapres M Hatta dan PM Muhammad Sjahrir terpaksa menyerahkan diri di bawah ancaman bombardemen.
Praktis, secara militer, seharusnya Indonesia hari itu sudah kalah atau dengan kata lain dijajah kembali oleh Belanda.
Tapi apa yang terjadi? Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) tidak mau ikut menyerah. Mereka, tentara, polisi dan milisi2 bersenjata malah melanjutkan perang gerilya atas Perintah Siasat No. 1/tahun 1948 (9 November 1948) yg dikeluarkan Jenderal Sudirman.
Siasatnya, jika Belanda menyerbu dengan kekuatan penuh maka pasukan APRI jangan melakukan perlawan melainkan segera bergeser ke pinggiran kota untuk menunggu perintah serangan balik.
Waktu itu pasukan Indonesia memang tidak mungkin menahan serangan Belanda secara terbuka.
Maka, setelah Belanda merasa menang, karena sudah mengasingkan para pemimpin Indonesia jauh di Pulau Bangka, Jenderal Sudirman menetapkan general offensive (Serangan Umum) pada 1 Maret 1949. Jamnya ditetapkan pukul 06 dan pasukan harus ditarik mundur jam 12 siang.
Menurut versi Belanda dalam pertempuran hebat itu, pihak Indonesia menderita korban tewas 300 (tentara) dan 53 (polisi) sedangkan dipihak Belanda menewaskan 170 tentara dan polisi.
Dari sisi jumlah korban, Indonesia dianggap kalah dalam pertempuran tersebut. Tapi APRI masih eksis karena Jenderal Sudirman dan para komandan lapangan masih hidup dan tetap mengendalikan pasukannya dari hutan.
Berita perang besar ini sampai ke kantor PBB di New York. Eksistensi perlawan APRI menjadi argumen duta besar Indonesia Haji Agus Salim untuk membuktikan Indonesia masih berdaulat.
Setelah itu lahirlah resolusi Kanada yg mendesak Belanda keluar dari Indonesia. Resolusi ini berakhir manis dengan lahirnya pengakuan kedaulatan NKRI pada 27 Desember 1949.
Sebuah negara baru diakui sebagai secara resmi jika ada wilayah, penduduk dan pemerintahan. Tapi yg paling penting dari itu harus ada "kedaulatan".
Jika syarat kesatu, kedua dan ketiga terpenuhi belum dia diakui sebagai negara jika terjadi kekosongan kedaulatan.
Situasi kekosongan kedaulatan tersebut bisa terjadi jika orang-orang duduk dalam elite pemerintah adalah boneka negara asing atau antek asing. Dalam kondisi seperti ini sudah tentu nasib negara tersebut diatur oleh negara lain.
Nah, tarulah setelah Sukarno, Hatta dan Sjahrir tertangkap Belanda, kemudian Jenderal Sudirman menuruti kemauan Belanda untuk menyerah dan memerintahkan seluruh prajuritnya meletakan senjata, sudah jelas NKRI sudah dihapus dari daftar calon negara oleh PBB.
Sekarang, peristiwa 1 Maret 1949 dimaknai sebagai Hari Kedaulatan NKRI.
Tapi sejatinya, itu adalah "Hari Kebandelan" TNI. Karena kalau waktu itu TNI bermental "penurut", ikut-ikutan elite politiknya yang mau berjuang secara diplomasi di tanah pengasingan, nampaknya negara kita hari ini bernama Republik Indonesia Serikat (RIS) atau Verenigde Staten van Indonesië yang berada di bawah persemakmuran Belanda.
-The End-