[PORTAL-ISLAM.ID] Oleh Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
MASIH buntut dari lakon “Kendi Nusantara” yang pemeran utamanya adalah Joko Widodo dengan pemain lain yaitu para dukun nusantara. Perannya “gaib”, ada yang sekedar komentar, terlibat, maupun menerawang. Spiritualitas dan mistik sulit dibantah sebagai warna atau nuansa dari ritual “Kendi Nusantara”. Gaib juga peran Jokowi apakah menyewa dukun, petugas dukun, atau sudah menjadi dukun.
Menurut paranormal Mbah Mijan yang berkumpul saat ritual “Kendi Nusantara” bukan hanya manusia, tetapi juga sosok tak kasat mata. Sesepuh gaib yang hadir. Menurutnya IKN baru di Penajam ini “direstui” atau “diizinkan” oleh yang gaib. Persatuan Dukun Nusantara (Perdunu) yang berkedudukan di Banyuwangi juga turut mendukung.
Ritual yang dipimpin Jokowi menurut Ketua Persatuan Dukun Nusantara Gus Abdul Fatah Hasan adalah pas untuk siklus 100 tahunan. Baru 100 tahun kemudian akan muncul tokoh lagi seperti Jokowi. “Zaman leluhur kehidupan manusia ini bergandengan dengan alam supranatural sehingga diperlukan keselarasan dan harmonisasi alam milik manusia dan alam lain”, demikian Gus Abdul Fatah.
Seorang praktisi spiritual Ki Surau menegaskan bahwa ritual “Kendi Nusantara” yang melibatkan Gubernur seluruh Indonesia ini adalah usulan dari salah satu dukun asal Solo Jawa Tengah. Menurut Ki Surau dukun asal Solo tersebut selalu memberi kekuatan secara spiritual kepada Presiden Jokowi.
Yang lucu adalah ungkapan dukun asal Medan Ki Bedul Sakti bahwa ritual Jokowi hampir gagal jika tidak diselamatkan olehnya. Terjadi insiden baik Gubernur pingsan maupun perubahan cuaca drastis adalah akibat dari penghuni gaib yang marah. Bagi Ki Bedul Sakti hampir gagalnya ritual itu disebabkan oleh penghianatan Anies. Gubernur DKI ini tidak membawa tanah keramat tetapi tanah biasa.
Menurut Ki Bedul, Anies Baswedan ditakuti oleh sekawanan bangsa Jin.
Jokowi yang dekat dengan dunia mistik atau klenik adalah persoalan sendiri bagi bangsa ini. Teringat ketika pelantikan dahulu bulan Oktober 2019, ruang gedung DPR juga diisi oleh makhluk gaib seperti Nyi Loro Kidul, Nyi Blorong, dan Jin Kahyangan. Adalah Ki Sabdo yang mengundang atau “memasok” atas perintah Jokowi. Itu menurut pengakuannya.
Menjadi persoalan sendiri karena memang berbahaya jika kebijakan pemerintahan atau kenegaraan tidak didasarkan pada pertimbangan yang masuk akal, tetapi atas nasehat, masukan, atau bimbingan dari para dukun atau praktisi spiritual. Terbuka benturan dengan pandangan sehat rasional dan keagamaan.
Kekuasaan dukun yang dominan akan melengkapi krasi-krasi yang sudah melekat pada Pemerintahan Jokowi seperti korporatokrasi, buzzerkrasi, dan kleptokrasi. Kini dukunkrasi adalah fenomena baru yang terkuak, terbuka dan terdeklarasi. Kekuasaan dukun dapat mereduksi input-input rasional dan bijak dalam memimpin negeri.
Kondisi ini menyebabkan negara ada dalam keadaan gawat darurat. Dukunkrasi nyata-nyata bertentangan dengan prinsip demokrasi yang dianut bangsa dan rakyat Indonesia berdasarkan ideologi Pancasila dan konstitusi UUD 1945.
Jokowi janganlah menyerupai kehidupan masa lalu seperti Fir’aun yang dikelilingi oleh elemen oligarki Haman, Bal’am, dan Qarun. Kahin dan tukang-tukang sihir. Fir’aun adalah leluhur bagi penguasa zalim, pendusta, paganis dan tidak beriman.
Indonesia maju tidak sama dengan Indonesia mundur. Maju mundur sama juga hancur. Jokowi harus membawa Indonesia itu maju. Jika tidak, sebaiknya mundur teratur.
Rakyat bahagia dan akan sangat bersyukur.