Khalifah Umar bin Al-Khaththab adalah khalifah yang sangat memperhatikan rakyatnya.
Beliau biasa ketika larut malam berkeliling ke kampung-kampung yang jauh di luar Kota Madinah dengan berjalan kaki.
Beliau menginspeksi langsung kondisi rakyat. Rakyat pun tak ada yang tahu. Menurutnya inspeksi malam hari memberikan gambaran hakiki tentang kondisi rakyatnya. Karena tak ada yang merekayasa dan membuat settingan dengan tujuan membuat khalifah senang.
Karena lebih mengutamakan kepentingan rakyat, Khalifah Umar pun tak pernah lagi makan daging. Sudah tentu hal itu menjadikannya kekurangan protein. Alias kurang gizi. Sementara buat menopang aktivitas hari-harinya Khalifah Umar mencukupkan dengan sekadar makan roti kering yang diolesi minyak. Akibatnya perutnya sering kembung. Dan juga suka bunyi karena adanya udara berlebih yang bergerak maju-mundur di usus.
Tapi Khalifah Umar santai saja. Dia tetap tunaikan amanah dan tanggung jawab. Dia serahkan nasibnyal kepada Allah Ta'ala. Malah beliau berkata:
قرقري أو لا تقرقري لن تذوقي طعم اللحم حتى يشبع أطفال المسلمين
"Hai perut, kamu berbunyi atau tak berbunyi kamu tetap takkan merasakan lezatnya daging sampai anak-anak kaum muslim merasakan kenyang."
Suatu ketika terjadi kemarau panjang. Tak ada hujan. Sumur-sumur dan oase-oase kering. Gandum pun gagal dipanen. Terjadilah paceklik pangan. Kelaparan terjadi di mana-mana. Banyak rakyat jatuh sakit bahkan sampai ada yang wafat.
Melihat kondisi tersebut Khalifah Umar cepat membuat kebijakan penyelamatan. Ia perintahkan kepada para gubernurnya yang wilayahnya cukup pangannya agar mengirimkan bantuan ke Madinah. Kemudian semua pangan itu didrop ke rumah-rumah rakyat.
Sementara Khalifah Umar sendiri tak makan apa-apa. Beliau puasa panjang siang dan malam. Beliau biarkan tubuhnya memakan lemaknya. Akibatnya kulitnya berubah menjadi kehitaman. Beliau menegaskan:
بئس الوالي إن شبعت والناس جياع
"Seburuk-buruk penguasa adalah bila aku kenyang sementara rakyat kelaparan."
Itulah khalifah umat Islam. Baginya kepentingan rakyat nomer satu.
Beda sekali dengan orang yang disebut mirip Khalifah Umar.
Saat rakyat susah ia justru sibuk memikirkan bagaimana caranya dapat hutangn buat pembangunan IKN.
Saat terjadi kelangkaan minyak goreng dan di mana-mana rakyat antri panjang buat membelinya ia cuek saja.
Sudah begitu buruk perhatiannya pada rakyat tapi muncul spanduk rekayasa dukungan tiga periode.
(Hafidin Achmad Luthfi)