Siapa Saja Yang Akan Mengganjal Anies?
Oleh: Nuim Hidayat*
Anies Baswedan nampaknya tak terbendung. Hampir tiap provinsi kini sudah ada kelompok relawannya. Aksi-aksi para relawan itu dilakukan dengan spontan dan biaya swadaya. Tidak ada calon presiden lain yang mendapat dukungan melimpah seperti Anies.
Ganjar Pranowo yang diprediksi lawan terberat Anies, kini tersandung kasus Wadas, Purworejo. Meski Ganjar kemungkinan akan dilirik PDIP, tapi ia harus bersaing keras dengan putri kesayangan Megawati, Puan Maharani.
Prabowo dan Sandiaga Uno jauh dari harapan. Prabowo adalah kartu mati. Mayoritas pemilihnya di tahun 2014 dan 2019 sudah beralih ke Anies. Sandiaga juga masih tertatih-tatih. Kedua capres ini hanya popular di kalangan Gerindra. Masyarakat di luar partai ini, malas untuk memilih keduanya.
Bagaimana dengan hasil survei? Jangan terlalu percaya kepada survei Indonesia. Karena mayoritas survei di sini, ada yang membiayai. Alias tidak netral. Hasil survei yang asli biasanya diserahkan kepada kandidat dan dirahasiakan. Hasil survei yang dipublikasi kebanyakan sudah memiliki agenda politik tertentu.
Kembali kepada Anies. Banyak kalangan yang menyatakan bahwa Anies tidak terbendung untuk 2024. Meski demikian, Anies bukan berarti akan mulus melenggang ke 2024. Banyak kelompok yang akan mengganjalnya. Saat ini kelompok-kelompok itu terus bermain.
Siapa saja mereka? Ini diantaranya,
Pertama, PDIP dan PSI. Kedua partai yang sering berseberangan dengan aspirasi umat Islam ini, kini mati-matian mengganjal Anies. Di DPRD DKI Jakarta, mereka terus menerus mempermasalahkan event Formula E yang diselenggarakan Pemda DKI.
Hasto Kristiyanto Sekjen PDIP mengkritik Anies yang hanya memperhatikan jantung kota Jakarta saja. Menurut Hasto, gubernur hanya mengurusi jalan Sudirman dan Thamrin. Sedangkan masyarakat pinggiran Jakarta tidak tersentuh. Hasto juga mengkritik Anies yang membiarkan eskavator banyak menganggur di Jakarta. Menurutnya, di zaman Jokowi maupun Ahok, eskavator itu terus difungsikan untuk mengeruk sungai.
Ramai di media massa saat itu, ketika Ketua Umum PSI Giring Ganesha berpidato menyatakan bahwa Gubernur Anies pembohong. Pernyataan Giring ini diucapkan di forum yang dihadiri Presiden Jokowi. Malangnya pernyataannya itu malah dibelokkan netizen ke Jokowi dan kemudian membuat Giring tercoreng mukanya.
Kedua, geng Cokro TV. Kelompok ‘pendengung’ ini selalu mengopinikan negatif apa yang dilakukan Anies. Dengan jutaan pemirsanya, Cokro cukup efektif dalam mengkampanyekan keburukan Anies. Gubernur DKI ini disorot tentang kebijakannnya untuk event Formula E, kedekatannya dengan Habib Rizieq, tidak ada prestasinya yang menonjol dan lain-lain. Hampir tiap hari channel youtube Cokro TV menggoreng Anies. Kelompok ‘perusak Islam’ ini mengunggulkan Ganjar Pranowo sebagai capres 2024.
Ketiga, konglomerat hitam. Banyak konglomerat yang kecewa dengan Anies. Kebijakan ‘penghentian reklamasi’ di Jakarta adalah hal utama penyebabnya. Selain itu kedekatan Anies dengan Washington juga menakutkan mereka. Konglomerat yang kebanyakan beraliansi dengan pemerintah Cina ini sangat khawatir bila Anies menjadi presiden 2024. Mereka khawatir bisnis dan proyek-proyek mereka dengan Cina terhenti.
Aliansi Anies dengan pemerintah Amerika kemungkinan besar akan menggantikan dominasi pemerintah Cina saat ini. Aliansi Anies ini tentu saja lebih menguntungkan rakyat Indonesia. Karena investasi dari Amerika, Eropa atau Timur Tengah tidak mensyaratkan mendatangkan tenaga-tenaga kasar sebagaimana gaya investasi Cina.
Keempat, Jokowi cs. Kelompok istana saat ini juga tidak nyaman bila Anies jadi presiden. Mereka khawatir agenda-agenda mereka dipotong Anies di tengah jalan. Seperti pemindahan ibukota negara baru, agenda deradikalisasi, proyek-proyek infrastruktur dengan Cina dan lain-lain.
Maka jangan heran bila Luhut, Moeldoko dan kawan-kawannya akan melakukan pengganjalan terhadap Anies. Apalagi Moeldoko pernah menyatakan bahwa ‘kecurangan adalah bagian dari demokrasi’.
Walhasil, Anies dan kelompok pendukungnya harus berjuang mati-matian untuk 2024. Mereka akan menggunakan segala cara untuk mengganjalnya. Dari penggalangan opini, rekayasa survei, pemungutan suara, hingga ‘permainan di KPU’. Kelompok pro Anies harus siaga dari segala lini. Jangan sampai kemenangan Anies nanti dijegal di penghitungan suara.
“The ballot is stronger than the bullet,” kata presiden Amerika, Abraham Lincoln. Ya, dalam pemilu, suara lebih kuat dari peluru.
*Sumber: Link