SELAMATKAN RAYYAN LAINNYA
Dunia menahan nafas. Tubuh mungil itu akhirnya muncul dari permukaan tanah. Tangis pecah dan lantunan doa mengiringi ambulans yang membawanya. Ribuan orang dari seluruh dunia menyaksikan proses penyelamatan yang dramatis itu.
Setelah 4 hari bertahan di dalam sumur sedalam 32 meter dan berhasil dikeluarkan hidup, Rayyan Awram (5), bocah dari desa Ighran di pinggiran Maroko itu akhirnya dinyatakan meninggal dunia.
Raja Maroko Mohammed VI menyatakan rasa duka cita mendalam kepada kedua orang tua Rayyan, Khaled Oram dan Wassima Khersheesh.
Kejadian berawal saat terdengar tangisan teredam dari dalam tanah, “Keluarkan aku….keluarkan aku.” Keluarganya baru menyadari kalau Rayyan terperosok ke dalam sumur yang lebarnya hanya 45 cm itu.
Permintaan tolong segera dilayangkan. Tim penyelamat datang lengkap dengan buldoser dan alat berat. Namun upaya itu tidak mudah.
Campuran tanah berbatu dan berpasir membuat tim penyelamat menilai membuka lubang sumur yang sempit terlalu berbahaya.
Buldoser akhirnya digunakan untuk menggali parit besar di sebelah sumur. Tim penyelamat kemudian menggali secara horizontal untuk menemukan Rayyan.
Bisa dibayangkan apa yang berkecamuk dalam dada bocah itu. Sendirian, di tempat yang sangat sempit, di kegelapan tanah. Sekalipun oksigen, makanan dan minuman segera diturunkan, namun pastilah ia tetap ketakutan.
Kalau Rayyan yang sudah pasti para penolongnya ada di atas sana tetap ketakukan, bisakah kita membayangkan bagaimana dengan Nabi Yusuf yang dimasukkan saudara-saudaranya ke dalam sumur? Tak ada siapa-siapa yang akan menolongnya kecuali Allah.
"Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dasar sumur (lalu mereka masukkan dia), dan (di waktu dia sudah dalam sumur) kami wahyukan kepada Yusuf, ‘Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tiada ingat lagi.’" (QS Yusuf: 15)
Keyakinan bahwa hanya Allah yang bisa menolong pastilah juga menghujam kuat di dada anak-anak Gaza, Suriah, Baghdad, Afghanistan, dan banyak lagi hari ini.
Sebagaimana Rayyan, mereka harus hidup dalam kegelapan, tersebab keterbatasan pasokan listrik. Tinggal di antara puing-puing reruntuhan bangunan sebagai pelindung, karena rumahnya hancur.
Tidak pasti hari ini ada makanan, besok masih ada atau tidak. Selama musim dingin, mereka akan kedinginan karena tak punya alat pemanas.
Hanya dalam hitungan jam tim penyelamat Rayyan dengan alat lengkap telah datang dan mulai melakukan penyelamatan.
Sementara anak-anak di Gaza, Suriah, Baghdad, Afghanistan, tidak tahu kapan para penyelamat akan datang menolong mereka.
Mari kita membuka hati, untuk menyelamatkan Rayyan-Rayyan lainnya di berbagai belahan bumi.
Jakarta, 7/2/2022
(By Uttiek)
This is what Rayan's parents said after they found out he passed away 💔 pic.twitter.com/rJEqblSoXd
— IlmFeed (@IlmFeed) February 7, 2022