Oleh: Azwar Siregar
(1) Sekedar meluruskan salah paham. Sampai sekarang banyak orang luar berpikir kalau di Kalimantan itu Mayoritas Non Muslim. Khususnya di Kalteng dan Kalbar. Padahal hanya beberapa Kabupaten dan Kota di Kalimantan yang minoritas muslim.
(2) Kesalahpahaman selanjutnya (dari orang luar Kalimantan) berpikir kalau "Orang Asli" Kalimantan cuma orang Dayak. Padahal masih ada Suku Banjar, Kutai dan Melayu.
Suku Banjar mayoritas di Kalimantan Selatan. Suku Kutai di Tenggarong dan Kaltim. Sedangkan Suku Melayu di Pontianak. Suku Dayak sendiri tersebar di sepanjang wilayah Kaltim, Kalteng, Kaltara dan Kalbar.
Ada beberapa Suku lainnya misal Paser dan Tidung dianggap Suku Dayak.
Tapi bagi Orang Paser dan Tidung sendiri, sebagian dari mereka menganggap sebagai Suku tersendiri. Karena mereka memiliki Wilayah dan Kerajaan sendiri. Misalnya saya pernah mengunjungi Istana Kesultanan Paser di Grogot.
(3) Kesalahpahaman lainnya, orang luar berpikir kalau Suku Dayak tidak ada yang Muslim. Padahal Suku Dayak banyak juga yang Muslim. Misalnya Gubernur Kalteng, Pak Sugianto Sabran. Beliau orang Dayak Asli.
Hanya saja diluar Kalimantan selalu berpikir kalau Suku Dayak berarti Non Muslim. Sama seperti saya, ketika merantau ke Kaltim dan orang tahu suku Batak, mereka pikir Non Muslim. Bahkan banyak yang terkejut, ketika saya katakan kalau Kota Medan mayoritas Muslim. Begitu juga Sumut.
(4) Nah kesalahpahaman seperti ini membuat timbulnya saling curiga. Jadi kasus "Bang Edy Mulyadi vs sebagian masyarakat Kalimantan khususnya Suku Dayak" tidak ada hubungannya dengan agama.
(5) Sekali lagi hal ini murni karena perbedaan Kultur yang seharusnya bisa diselesaikan secara "Adat" dan Kekeluargaan.
(6) Saya tidak bisa membayangkan, kelak akan ada lagi anak bangsa kita yang harus dipenjara karena masalah dan hal-hal seperti ini. Kita jadi lupa hal-hal besar seperti Korupsi, Illegal Logging, Pembabatan Hutan, Eksplotasi Tambang yang merusak alam. Dan hal krusial lainnya.
(7) Sekali lagi secara pribadi saya bisa memahami kemarahan masyarakat Kalimantan karena saya sudah belajar adat dan istiadat disana. Tapi orang luar yang belum pernah ke Kalimantan pasti bingung dengan kemarahan ini.
(8) Sama bingungnya ketika mereka tahu kalau di Banjarmasin ada makanan dari Kulit Nangka yang super lezat yang disebut Mandai.
(9) Kalau orang Banjar misalnya ke Pulau Jawa dan melihat Kulit-kulit Nangka dibuang, pasti berpikir orang di Pulau Jawa bodoh-bodoh, sumber makanan lezat kok dibuang?
(10) Sebaliknya orang di Pulau Jawa yang melihat ada Orang Banjar mengumpulkan Kulit Nangka pasti kebingungan, berpikir kalau Orang Banjarnya rakus.
(11) Kalau orang Jawa datang ke Tapanuli Selatan, kemudian memanggil anak laki-laki disana sebagai Anak Bujang. Saya jamin terjadi pertumpahan darah. Karena "Bujang" adalah makian dan penghinaan yang sangat buruk di Tapanuli.
(12) Padahal masalahnya adalah kesalahpahaman dan ketidak mengertian. Sebaiknya hal-hal seperti ini diselesaikan dengan diskusi budaya dan pendekatan silaturrahmi antar bangsa.
Salam satu Indonesia.