Luasnya Hati Mohamed Salah
Sehari sebelum Semifinal AFCON (Piala Afrika) antara tuan rumah Kamerun vs Mesir dilangsungkan, kapten Kamerun Vincent Abaoubakar melemparkan 'psy war' tentang Mohamed Salah.
"Mohamed Salah tidak membuat saya terkesan. Saya orang jujur, dan saya berkata jujur. Kalau dia membuat saya terkesan,maka saya akan mengatakannya. Dia pemain bagus,dia mencetak banyak gol, tapi dia tidak memberikan dampak yang bagus bagi permainan. Salah pemain yang bagus tapi dia tidak selevel dengan Mbappe..."
Mohamed Salah pasti membaca pernyataan Abaoubakar itu tapi dia tidak meresponnya.
Ketika akhirnya Mesir berhasil mengandaskan tuan rumah Kamerun lewat adu pinalti, Mohamed Salah tidak ikut merayakannya secara berlebihan dengan para pemain Mesir.
Mohamed Salah justru meninggalkan teman-temannya yang sedang gembira, dengan mendatangi satu persatu para pemain Kamerun yang menagis dan histeris sedih di lapangan.
Bisa dipahami, Kamerun sangat terpukul. Kamerun susah payah menyelenggarakan perhelatan ini bahkan sampai ada issu AFCON akan ditunda atau dibatalkan, dan di semifinal kalah pula. Gagal juara, sudah pasti. Sebuah kekalahan yang perih.
Kekalahan di semifinal menambah pukulan bagi Kamerun. Maka Mohamed Salah pun memberikan penghiburan kepada para pemain Kamerun, dia mendatangi satu persatu pemain Kamerun, dia memeluk, dia mencoba untuk berbicara dan menguatkan para pemain lawannya tersebut. Mohamed Salah tahu benar bagaimana sakitnya sebuah kegagalan dan kekalahan di arena sepakbola.
Mohamed Salah seakan lupa bahwa dia begitu "direndahkan" oleh Kapten Kamerun yang tidak simpatik itu. Tetapi Mohamed Salah merespon dengan pelukan dan rangkulan yang bersahabat, Mohamed Salah ber-empathi atas apa yang dirasakan para pemain Kamerun. Mo. Salah membalas hal-hal yang tidak menyenangkan dengan persahabatan dan rasa simpatik yang mengagumkan.
Begitulah Mohamed Salah. Betapa luas hati dan jiwanya, dia tetap memuliakan disaat dia direndahkan. Sepakbola adalah guru terbaik bagi Mohamed Salah. Kekalahan dan kemenangan adalah mahkota dari perjuangan, dan Mohamed Salah tetap menjadikan hatinya bening.
Sebanyak apapun sampah yang dibawa sungai mengalir ke samudera, tidak akan menjadikan samudera itu kotor dan buruk.
Mungkin begitulah pemikiran Mohamed Salah.
Barakallahu fiikum, Akhi Mo. ❤️
(Koez Arraihan)