Ini melanjutkan posting sebelumnya tentang restoran Babi di Tebet Jakarta.
Babi memang haram. Tapi soal rasanya, memang enak banget. Saya bisa berkata seperti ini, karena dulu saat masih nonmuslim, pernah memakannya.
Seperti apa sih, enaknya rasa babi itu?
Mungkin saya jelaskan dalam bentuk cerita saja ya. Walau cerita, ini kisah nyata kok.
Jadi dulu ketika usia saya masih balita (dan masih nonmuslim), kakak saya sering mengajak beli kwe tiau di sebuah warung milik orang Tionghoa (tapi di daerah asal saya, namanya mie tiau).
Rasa mie-nya enak banget. Saking enaknya, hingga saat ini masih terus terbayang-bayang di pikiran saya.
Dari semua kwe tiau yang pernah saya makan sejak kecil hingga hari ini, belum ada yang seenak kwe tiau buatan warung orang Tionghoa tersebut.
Jika harus disebutkan dalam bentuk angka, perbandingan rasa enaknya adalah 1 banding 10.
Karena pengalaman di masa lalu itulah, hingga saat ini makanan terfavorit saya adalah kwe tiau, dan juga mie goreng secara umum.
Intinya: Rasa enaknya itu bisa bikin terbayang-bayang hingga mati. Dan sampai sekarang saya masih terbayang-bayang.
Dari gambaran di atas, kita semua tentu paham, kenapa banyak nonmuslim yang suka banget makan babi.
Tapi ya gitu deh. Yang haram memang enak-enak semua. Tapi di balik enaknya itu, babi adalah hewan yang sangat jorok.
Allah mengharamkan babi tentu karena DIA sayang kepada kita, untuk melindungi tubuh kita dari yang jorok-jorok.
(Jonru Ginting)