Ketika dulu saya di ibtidaiyah di salah satu pesantren NU di Jakarta, saya disuruh meghafal hadits-hadits pendek, salah satunya, “Hubul wathan minal iman.” (Cinta tanah air sebagian dari iman). Tentu saja tidak dijelaskan sanadnya karena memang belum waktunya.
Belakangan baru saya tahu, ada ulama yang berpendapat “hubul wathan minal iman” itu bukan hadits, Itu cuma pendapat ulama. Labih tepatnya, ulama berpendapat dari sejumlah dalil Alqur’an dan hadits “diisyaratkan” bahwa cinta tanah air sebagian dari iman. Mungkin. Sekali lagi mungkin, untuk menyemangati perjuangan melawan penjajah.
Bagi yang berpendapat bahwa “Hubul wathan minal iman” itu hadits palsu, bukan berarti mereka menolak cinta tanah air. Untuk menunjukan bahwa Rasulullah cinta tanah air mereka menggunakan hadits yang mengisahkan betapa cintanya Rasulullah SAW pada tanah kelahirannya ketika dengan berat hati beliau hijrah dari Makkah ke Madinah. Berkali-kali Rasulullah bergumam, “tanah air..tanah air” dan berharap suatu saat akan kembali. Bagi yang membid’ahkan hubul wathan, alasannya karena mereka tidak mau yang bukan ucapan nabi dibilang ucapan nabi. Disitulah mereka anggap bid’ahnya. Bukan menolak substansi hubul wathannya.
Soal bid’ah membid’ahkan dari dulu sudah ada. Terkadang perdebatan bid’ah dan tidak bid’ah sampai sangat tajam. Cuma sebatas itu saja. Dulu mana berani yang bukan ulama ngomentarin tafsir Qur’an atau hadits.
Sekarang wabil khusus sejak tahun 2014, bahkan non muslim pun ikut mengomentari perbedaan soal pemahaman hadits. Bahkan masuk wilayah politik ala Cebong-Kadrun. Kacau!
(By Balyanur)