Beredar so-called "poster Da‘wah" yang menyuruh kaum Muslimīn mengganti beberapa ungkapan harian dengan Dzikrullōh.
Maksudnya mungkin baik, akan tetapi maksud baik itu WAJIB didasari dengan dengan ‘ilmu, bukan hanya seenak perut mengikuti hawa nafsu belaka. Tidak bisa.
Ini yang namanya takalluf... memberat-beratkan diri.
Berikut tanggapan terhadap poster tersebut, di mana tak semuanya perlu diganti:
❌ Kata "oke" diganti dengan "insyā’Allōh"
Ini sebenarnya absurd, masa iya saat kita bertanya semisal, "apakah masakan ini sudah oke?", lalu dijawab dengan "insyā’Allōh"? Atau saat bertanya, "bagaimana kalau aku pakai baju ini?", maka tentunya jawaban "ok" adalah lebih tepat?
Insyā’Allōh itu digunakan untuk perkara yang belum terjadi di mana kita dimintai persetujuan, maka tentunya kita jawab dengan do'a "insyā’Allōh".
❌ Kata "hebat" diganti dengan "masyā’Allōh"
Ini juga aneh, karena Baginda Nabī ﷺ pun menggunakan kata "hebat" (bahkan lebih!) pada saat menjelaskan keadaan orang yang mu’min.
📌 Kata Baginda Nabī ﷺ:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
(arti) _“Sungguh ajaib keadaan seorang mu’min. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mu’min. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.”_ [HR Muslim no 2999; Ahmad no 18171, 22804].
Kata "عَجَبًا" itu maknanya sesuatu yang sangat hebat sehingga jadi ajaib.
❌ Kalimat "saya baik-baik saja" diganti dengan "alhamdulillāh"
Ini juga aneh, karena tiada yang salah jika untuk menjelaskan keadaan dengan ungkapan, "saya baik-baik saja", sebab alhamdulillah itu bukan bermakna "saya baik-baik saja".
Dahulu Baginda Nabī ﷺ pernah bertanya kepada seorang Shohābiyah tentang bagaimana keadaannya, dan dijawab dengan, "baik-baik saja…"
Begini hadītsnya:
كيف أنتُم ؟ كيف حالُكم ؟ كيف كنتُم بعدنا؟ قالت : بخيرٍ بأبي أنت وأُمِّي يا رسول الله … رواه الحاكم وقال : هذا حديث صحيحٌ على شرط الشَّيخين
❌ Kalimat "hati-hati ya, sampai jumpa" diganti dengan "fī amānillāh"
Kalimat hati-hati ya, sampai jumpa" itu tak salah, karena ada nasehat agar berhati-hati dan berharap bisa berjumpa kembali. Kalimat ini sudah baik, tak harus diganti dengan "fī amānillāh".
Sungguh perkara sehari-hari selama tak sampai jatuh harōm atau makruh, maka janganlah dijadikan rumit. Janganlah berlebihan dalam beragama sehingga sampai "wow hebat!" saja dianggap buruk?
Ingatlah nasihat Baginda Nabī ﷺ ketika mengustus Mu‘ādz ibn Jabal رضي الله تعالى عنه ke Yaman.
📌 Kata Baginda Nabī ﷺ:
َلَهُمَا يَسِّرَا وَلَا تُعَسِّرَا وَبَشِّرَا وَلَا تُنَفِّرَا وَتَطَاوَعَا
(arti) _“Permudahlah, jangan mempersulit! Berilah kabar gembira, dan janganlah kamu membuat (orang) lari, dan bersatupadulah.”_ [HR al-Bukhōrī no 6124, 7172; Muslim no 1733; Ahmad no 18908].
Demikian.
Diadaptasi dari tulisan Ustadz Ispiraini ibn Hamdan, Lc.
(Arsyad Syahrial)