𝐖𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠
Wayang sebagai media da‘wah itu dulu, sekian ratus tahun lalu okelah. Tidak ada yang salah ketika itu karena masyarakat di Jawa masih Hindu-Animisme. Tak perlu juga kita menyalahkan Wali Songo karenanya. Bagi mereka ‘amal mereka, bagi kita ‘amal kita.
Namun sekarang apa masih perlu wayang itu sebagai media da‘wah setelah sekian ratus tahun berlalu, dan sekarang katanya Islām sudah jadi agama mayoritas penduduk di Jawa…???
Well, tidak perlu ya? Apa perlunya? Malah itu membuat kaum Muslimīn di Jawa jadi lebih hafal nama-nama tokoh di Ramayana & Mahabharata serta ajaran Hindu semisal Bhagavadgita daripada Siroh Nabawi dan nama-nama para Shohābat mulia رضي الله تعالى عنهم. Belum lagi kalau dilihat bahwa wayang itu mengajarkan kepercayaan kepada dewa-dewi, benda keramat, kesaktian, reinkarnasi, dlsb, yang bertentangan dengan ajaran Islām.
Lagi pula, wayang itu budaya Jawa, bukan budaya Nusantara secara keseluruhan. Tak perlu juga memaksakan semua orang harus gimana gitu sama wayang, sebagaimana orang Minang toh tak pernah memaksakan "Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitābullōh" kepada suku-suku yang lain?
As for yang mengaku Muslim, yang marah ngamuk-ngamuk ketika sajen ditendang dan wayang dikatakan sebaiknya dimusnahkan, tetapi cuek bebek ketika Liwā’ Tauhīd dibakar, ketika Nabī ﷺ dihina, ketika al-Qur-ān dinista, ketika Allōh ﷻ dikatakan bukan orang ‘Arab, maka ingatlah bahwa kaum Munāfiqīn itu adalah kaum yang paling buruk nasibnya di Neraka Jahannam.
(Ustadz Arsyad Syahrial)