[PORTAL-ISLAM.ID] Sejumlah personel TNI dipimpin seorang brigadir jenderal bintang satu, mendatangi pondok pesantren Tajul Alawiyyin asuhan Habib Bahar Bin Smith. Hingga terjadi adu mulut dengan Habib Bahar.
Adapun jenderal bintang satu itu diduga bernama A.Fauzi. Lewat rekaman video yang beredar, dia terlibat adu mulu dengan Habib Bahar.
Menanggapi itu, pengacara Ahmad Khozinudin menilai, sikap TNI tersebut memalukan.
“Peristiwa ini sangat memalukan, dan justru menimbulkan dugaan ada upaya terstruktur, sistematis dan masif, untuk meneror Habib Bahar setelah sebelumnya dikirimi teror tiga kepala anjing. Publik dapat saja mengaitkan ‘teror’ kepala anjing dengan kedatangan sejumlah anggota TNI,” ujarnya lewat keterangan tertulisnya, Sabtu (1/1/2022).
Perdebatan Habib Bahar vs TNI itu berkaitan dengan kritikan Habib Bahar atas pernyataan KSAD Dudung Abdurahman yang menyebut tuhan bukan orang Arab. Menurut Ahmad Khozinudin, markas besar TNI harus konfirmasi kejadian itu.
“Informasi ini memang perlu dikonfirmasi ulang, dan Mabes TNI harus buka suara agar peristiwa ini tidak menjadi liar. Jika benar, ada kedatangan sejumlah anggota TNI ke pondok pesantren Habib Bahar sebagaimana video beredar, maka ada permasalahan serius ditubuh TNI,” katanya.
Dia menilai, kejadian itu jika benar makan, saat ini ada upaya penyalahgunaan kekuatan aparat negara yang berfungsi untuk menjaga kedaulatan Negara, alat pertahanan dan keamanan negara menjadi alat politik oknum TNI.
“Dengan dalih apapun, anggota TNI tak memiliki wewenang mendatangi rakyat sipil, dengan sejumlah anggota dan seragam lengkap, apalagi membawa sejumlah ‘pesan dan ancaman’ untuk membungkam hak konstitusional rakyat dalam menyampaikan pendapat,” tuturnya.
“Kalaupun ada masalah secara hukum, proses penegakan hukum dilakukan oleh institusi kepolisian. Sesuai konstitusi, aparat kepolisian lah yang memiliki fungsi penegakan hukum, bukan institusi TNI,” tegasnya.
Padahal kata dia, kasus Habib Bahar sedang diproses oleh Polda Jabar. “Polisi sudah menangani perkara, lalu kenapa TNI ikut campur?” katanya.
Dia mengatakan bahwa kegaduhan TNI vs Habib Bahar berawal dari ucapan kontroversi KSAD Dudung yang menyinggung Tuhan buka orang Arab.
Padahal seharusnya, saluran komunikasi resmi TNI semestinya digunakan untuk menyambung komunikasi publik antara TNI dengan rakyat.
“Bukan program podcast yang sebenarnya saluran komunikasi para politisi,” ucapnya.
“Padahal, kekuatan negara ini hanya tersisa ditubuh TNI dan umat Islam. Kalau TNI dan umat Islam diadu domba, akan menjadi seperti apa bangsa ini?” tuturnya.
Ahmad Khozinudin mengatakan bahwa hanya di rezim Joko Widodo atau Jokowi, TNI diadu dengan Umat Islam dan Ulama.
“Semua kegaduhan ini terjadi di era rezim Jokowi. Belum pernah terjadi, Jendera TNI dibenturkan dengan Ulama, prajurit TNI dibenturkan dengan umat Islam. Padahal, dahulu Jenderal hormat pada ulama, prajurit merakyat bersama umat Islam,” pungkasnya. [fin]