[PORTAL-ISLAM.ID] Majalah TEMPO edisi terbaru yang terbit hari ini, 24-30 Januari 2022, headline atau topik utamanya terkait DUET MAUT Luhut dan Boy Thohir (kakak Erick Thohir) dalam proyek di Kalimantan Utara.
"Boy Thohir memimpin pengembangan KIHI dengan modal konsesi kebun sawit. Pengembang kawasan diisi orang di lingkaran bisnis Boy Thohir dan kerabat Menteri Luhut Binsar Pandjaitan," tulis TEMPO dalam liputannya.
KIHI adalah Kawasan Industri Hijau Indonesia.
BOY Thohir—begitu Garibaldi biasa dipanggil—seperti ketiban durian runtuh di Desa Mangkupadi. Pada 2017, Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara menetapkan sebuah lahan seluas 10.100 hektare yang membentang dari Desa Mangkupadi, Tanah Kuning, hingga Binai sebagai lokasi Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI). Rupanya, 9.500 hektare dari lokasi tersebut masuk area hak guna usaha (HGU) Bulungan Citra Agro Persada.
Boy salah satu pemilik saham BCAP. Kakak Erick Thohir, Menteri Badan Usaha Milik Negara, ini mengempit sebagian saham perusahaan sawit itu sejak delapan tahun lalu. TSH Logistics Sdn Bhd, bagian dari TSH Resources Berhad, Malaysia, memegang saham mayoritas. “Pemerintah mengubah peruntukan kawasan ini jadi kawasan industri,” kata Boy dari Amerika Serikat pada Rabu, 5 Januari lalu. “Jadi saya lihat ini peluang. Saya mengajak Adaro mengembangkan kawasan ini.”
Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi lalu mengawal proyek ini supaya lekas terbangun. Dari survei diketahui laut di kawasan tersebut dangkal. Diperlukan dermaga yang menjorok sampai 4 kilometer dari bibir pantai guna mendapatkan kedalaman yang layak untuk dermaga pelabuhan. Maka, dengan estimasi biaya proyek pelabuhan saja yang mencapai US$ 1 miliar, luas lahan KIPI yang hanya 10.100 hektare itu dianggap tak cukup.
Agar ekonomis, luas kawasan industri yang dibangun kudu jumbo. Pada 2018, setahun setelah penetapan KIPI Tanah Kuning-Mangkupadi sebagai proyek strategis nasional, Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi baru tahu bahwa Boy Thohir salah satu pemilik BCAP. Kementerian kemudian mendorong semua HGU BCAP dijadikan kawasan industri agar skala keekonomian kawasan industri sepadan dengan biaya besar untuk pembangunan pelabuhan.
Digabung dengan kawasan BCAP, yang lokasinya rada jauh dari pesisir, luas lahan yang didapatkan buat kawasan industri ini nantinya sampai 16.400 hektare. Dengan status proyek strategis nasional, pemerintah tak sulit mengubah peruntukan sebagian area HGU BCAP menjadi kawasan industri. Sedangkan sisa kebutuhan lahan lain untuk Kawasan Industri Hijau Indonesia, yang diperkirakan hingga 14 ribu hektare, akan diperoleh dari hasil pembebasan lahan warga yang mengitari HGU BCAP.
Sebetulnya ada banyak pemegang konsesi sawit di pesisir Bulungan, seperti PT Dharma Intisawit Lestari milik rekan bisnis Boy di Adaro, Theodore Permadi Rachmat, juga PT Kayan Plantations kepunyaan saudagar besar Kalimantan Utara, Juanda Lesmana. Namun hanya HGU BCAP yang masuk kawasan industri. Lokasinya memang berbatasan langsung dengan pesisir.
Setelah bersepakat dengan TSH Resources di BCAP, Boy mengajak rekan-rekan bisnisnya di Adaro mendirikan PT KIPI. Perusahaan inilah yang mengajukan diri menjadi pengembang kawasan industri dengan modal HGU BCAP.
PT Adaro Energy Tbk lewat PT Alam Tri Bangun Indonesia menggenggam 10 persen saham PT KIPI. Sisanya dipegang PT Kawasan Industri Kalimantan Asri, perusahaan yang mayoritas sahamnya digenggam Raden Harry Zulnardy, Komisaris Utama PT Mahaka Media Tbk—kelompok usaha milik keluarga Thohir. “Ke depan (pemegang saham KIPI) pasti akan berubah,” ujar Boy.
Investor yang datang ke KIHI tidak hanya akan menjadi penyewa lahan, tapi juga diminta membenamkan investasi untuk pengembangan kawasan industri. Seperti halnya Adaro, yang menjadi pengembang sekaligus bakal mendirikan fasilitas pengolahan aluminium dengan bendera PT Adaro Aluminium Indonesia.
Bermodal HGU BCAP itu, rombongan Boy mendapat dukungan politik sebagai pengembang kawasan industri berstatus proyek strategis nasional di KIPI Tanah Kuning-Mangkupadi. Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI) menjadi mereknya.
Presiden Joko Widodo telah menjual calon kawasan industri yang akan dipasok listrik setrum hijau ini di sejumlah forum nasional dan internasional.
“Ini keputusan politik dari presiden yang memberikan dukungan sepenuhnya buat proyek ini,” kata Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan dalam sambutannya pada groundbreaking proyek KIHI di Bulungan, 21 Desember 2021.
Dukungan untuk KIHI milik Boy tidak hanya politis. Luhut juga mengenalkan Boy kepada sejumlah penyewa lahan dan calon investor. Luhut pun ikut dalam negosiasi menjaring investor untuk kawasan industri ini, seperti dengan Tsingshan dari Cina yang akan membangun pengolahan nikel dan Fortescue dari Australia yang bakal membangun produk hidrogen.
๐Selengkapnya baca di Majalah TEMPO edisi 24-30 Januari 2022