"Kamu nggak ngasih 2 ribu buat perawatan toilet, Bro?"
Tanya saya pada teman yang baru saja 'setoran' di sebuah toilet SPBU.
"Jiah, udah gak zaman Bro bayar kalau make toilet SPBU. Lu kayak hidup di zaman Pak Beye aja. Berkat Pak Jkw, mafia toilet SPBU sudah dibabat habis. Nggak ada lagi pungli-pungli di toilet SPBU. Enak aja, udah untung ratusan juta tiap bulan dari jualan BBM, pake toiletnya masih disuruh bayar," jawab teman saya penuh semangat.
"Udah, Lu ga usah protes-protes kebijakan Pak Jkw lagi. Percaya aja deh, semua kebijakan beliau demi wong cilik," lanjutnya kemudian. "Eh, ntar mampir ke warung depan sebentar ya. Bini gue WA nyuruh beli minyak goreng barusan."
Setelah sampai di warung yang dimaksud, kami pun turun.
"Bu, minta minyak seliter. Berapa?" tanya temen saya ke penjaga warung.
"Dua puluh ribuh, Mas?" jawab ibu-ibu pemilik warung.
"Hah, mahal kali? Dua bulan kemarin cuma 12 ribu kok." Temen saya protes.
"Udah naik, Mas."
"Bukannya kata Pak Jkw HET-nya 14 ribu se liter?"
"Enak aja. Saya belinya 18 ribu, masak disuruh jual 14 ribu! Kalau mau 14 ribu sana beli sama Pak Jkw." Ibu pemilik warung emosi.
"Ya udah, saya beli setengah liter aja."
"Ga boleh Mas. Minim seliter."
"Eh Bro, pinjem duit Lu marebu. Gue cuma bawa mabelas rebu. Ntar gajian gue balikin," pinta temen saya dengan wajah memelas.
Saya pun mengeluarkan dompet dan menyerahkan uang sepuluh ribu.
"Nih, gak usah kamu balikin. Biasanya utang juga gak pernah kamu bayar."
"Makasih, Bro," katanya setelah membayar minyak goreng yang dia beli.
"Makasihnya ke Pak Jkw aja."
"Gak usah nyindir gitu. Lagian bukan salah Pak Jkw juga. Gak semua hal diurus Pak Jkw. Migor naik karena pengaruh global," ujarnya.
"Iya, iya. Pak Jkw gak ngurus harga sembako. Belio dah sibuk banget ngurusi mafia toilet," jawab saya sambil nahan ketawa.
"Pulangnya gue jalan aja Bro. Lu ujaran kebencian mulu ke pemerintah. Lagian rumah gue dah deket. Cuma 2 kilometer doang."
Lha, ngambek. Salahku apa?
[By Wendra Setiawan]