Boneka Arwah Perusak Aqidah
Oleh: Kholda Najiyah (Founder Salehah Institute)
Dunia maya digemparkan oleh fenomena adopsi Spirit Doll atau boneka arwah oleh beberapa selebriti. Berbeda dengan boneka biasa, bentuk boneka ini memang menyerupai bayi atau anak manusia yang lebih sempurna. Dalam arti, wajahnya cantik atau ganteng, lucu dan menggemaskan. Walaupun ada juga yang muka atau dandanannya seram.
Nah, konon, boneka ini sudah diisi dengan arwah atau didoa-doakan untuk memberi keberuntungan bagi pemiliknya. Untuk memiliki boneka ini, kita harus membelinya dengan harga jutaan rupiah. Istilahnya mengadopsi, karena boneka ini harus diperlakukan bak anak betulan. Disayang, didandani dan bahkan kalau naik pesawat atau makan di restoran, dipesankan tiket dan kursi khusus.
Dilansir dari BBC, trend memelihara bayi yang diperlakukan seperti bayi manusia ini muncul di Thailand pada 2016. Boneka yang memiliki aura supranatural ini disebut 'luk thep’ yang diartikan malaikat anak. Dianggap pembawa keberuntungan, setelah dibacakan doa oleh biksu. Makanya boneka ini dimanja seolah-olah anak kandung sendiri.
SAKIT MENTAL
Memiliki boneka untuk sarana bermain anak-anak, boleh-boleh saja. Hal yang lumrah, jika anak-anak mengajaknya bermain peran, mengajak bicara dan memperlakukannya bak manusia. Sebab, tahap pemikiran anak-anak belum sempurna. Kelak ketika usia bertambah dan mereka mengerti bahwa boneka hanyalah benda mati, maka kebiasaan itu akan hilang.
Orang dewasa yang mengoleksi boneka sekadar sebagai pajangan atau hiasan, mungkin juga banyak, meski juga tidak lazim. Namun menjadi tidak lazim jika memelihara boneka dimaksudkan sebagai “anak.” Ya, dalam kasus boneka arwah, mereka diperlakukan bak manusia. Dimuliakan dan dimanjakan sedemikian rupa, hingga tidak tersakiti.
Tidak boleh ditenteng, dilempar atau diletakkan sembarangan dengan posisi asal-asalan. Mereka dimaksudkan sebagai “anak adopsi” sehingga diperlakukan bak manusia. Seperti dimandikan, diganti pakaian secara rutin, diajak jalan-jalan, diajak ngobrol, didandani dan disayangi.
Padahal semua tahu, boneka adalah benda mati yang tak mampu menikmati makna dari semua perlakuan itu. Mereka tidak tahu makna pakaian fashionable yang dikenakan padanya. Mereka tidak tahu sensasi naik mobil mewah atau naik pesawat, meski diberi tempat duduk tersendiri layaknya manusia.
Orang-orang yang memuliakan boneka seperti memuliakan manusia ini, adalah orang yang sudah terkategori abnormal. Hal Ini diperkuat oleh pendapat Psikolog Nuzulia Rahma Tristinarum. Ia menilai, pemilik boneka arwah ini tidak normal. Menurutnya, orang dewasa seharusnya masuk fase pengembangan diri untuk berkeluarga atau memiliki anak.
"Bermain boneka adalah kegiatan anak-anak. Orang dewasa tugas dan tahap perkembangannya adalah mengasuh anak manusia. Baik anak sendiri maupun anak asuh," beber Rahma, kepada detikcom Senin (3/1/2022).
Inilah potret manusia yang mengalami gangguan berpikir secara rasional, hingga hal-hal yang tak masuk akal pun diterimanya. Mereka orang yang berakal, tetapi sesungguhnya tidak menjadikan akalnya untuk berpikir. Mungkin juga, hal itu dilakukan sebagai pelampiasan atas jiwa-jiwa yang kosong dan kesepian. Orang seperti ini memilih benda mati yang tidak mampu memberikan respons apapun, agar tidak merasa sakit hati. Ya, orang ini bukannya tidak punya teman, tetapi merasa lebih nyaman jika berteman dengan boneka.
Di negara-negara maju, banyak individu yang memiliki kelainan mental berupa memelihara dan bahkan “menikahi” boneka seukuran orang dewasa sebagai teman hidupnya. Ada yang dijadikan tempat pelampiasan seksual, sehingga terjadilah fenomena Agalmatofilia. Suatu kelainan mental di mana seseorang memiliki kecintaan atau hasrat seksual pada patung, boneka, manekin. Na’udzbubillahi min zalik. Jangan sampai budaya seperti ini masuk ke Indonesia dan negeri-negeri muslim lainnya.
KERING SPIRITUAL
Anggapan bahwa memelihara boneka arwah itu keren, trendy dan up date, adalah pemikiran yang dangkal. Level pemikiran terendah di antara jenis-jenis level berpikir, yaitu pola pikir irrasional. Hal-hal yang tidak masuk akan, hanya boleh kita percayai dari kabar yang tertulis dalam Alquran dan hadist.
Apalagi bila meyakini bahwa dengan memuliakan boneka itu, maka ia akan mendapatkan keberuntungan. Ini terkategori syirik. Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Muhammad Cholil Nafis mengatakan, bila benar boneka itu diisi arwah atau jin, maka tidak boleh. "Punya boneka mainan itu boleh, tapi kalau itu diisi atau dipersepsikan tempat arwah hukumnya tidak boleh memelihara makhluk halus. Kalau disembah musyrik tapi kalau berteman saja berarti berteman dengan jin," kata Cholil (detik).
Jika ada yang percaya boneka arwah itu “bisa melakukan sesuatu” atau “memiliki kemampuan tertentu,” maka itu terjadi pada orang-orang yang dangkal aqidahnya. Islam melarang meyakini benda mati memiliki kemampuan khusus, kecuali hanyalah mukjizat para Nabi.
Lebih bahaya lagi, jika yang mengadopsi boneka arwah ini adalah para lajang, baik laki-laki maupun wanita yang enggan menikah. Padahal kodrat manusia adalah memiliki naluri kasih sayang dan dorongan seksual. Naluri ini bisa disalurkan hanya dalam lembaga suci pernikahan. Apa jadinya jika laki-laki dan perempuan tak mau menikah, atau menikah tapi tak mau punya anak dan lebih memilih memelihara boneka arwah.
Oleh karena itu, orang-orang yang sudah terlanjur meyakini bahwa boneka arwahlah yang membuat urusannya lancar, atau bisa menggantikan kedudukan anak manusia yang sebenarnya, harus segera bertobat. Tobat nasuha agar Allah Swt mengampuni, sebelum terjerumus syirik tanpa ampun.
JAHILIYAH MODERN
Jiwa sekarang ramai boneka arwah, sebenarnya pengkultusan boneka ini bukan hal baru. Di Afrika, dulu ada tradisi yang disebut Vodoo, yaitu menyembah boneka. Di Indonesia ada Jaelangkung. Di Singapura, ada boneka Barbie. Misal di kuil berusia 117 tahun di selatan Pulau Ubin, Singapura. Di sini pengunjung menyembah boneka Barbie.
Para peziarah yang kebanyakan para wanita, berdoa agar memiliki kecantikan, keanggunan, kemolekan dan rupa menawan bak Barbie. Mereka rela mempersembahkan benda-benda berharga seperti gelang, kalung, dan perhiasan lainnya saat berziarah ke sana (Asiaone).
Tentu saja, pengkultusan atau pensucian boneka atau berhala sejenis, adalah budaya jahiliyah. Jika dahulu berupa patung batu yang tidak ada indah-indahnya, sekarang “berhala” itu menjelma dalam bentuk boneka yang lucu. Demikianlah dangkalnya aqidah manusia, akibat tidak adanya sistem Islam yang mampu menjadi penjaganya.
Sayang sekali, umat Islam ikut arus jahiliyah modern yang notabene merupakan produk ideologi sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Peradaban sekuler ini memang melahirkan penyembahan-penyembahan lain secara liar. Negara tidak boleh membiarkan fenomena ini. Harus ikut memberantas segala jenis kejahiliyahan yang merajalela dengan liar.(*)