Bib Bahar, Sampeyan Itu Terlalu Lelaki
Oleh: Ady Amar (Kolumnis)
SEPERTI melawan kemustahilan dan ia lagi-lagi jatuh pada hal yang sama. Jatuh yang pasti ia sadari, yang justru ia pilih. Itu setidaknya gambaran yang dihadirkan Habib Bahar bin Smith. Seseorang yang memilih takdirnya di penjara.
Ia bisa diibaratkan seseorang dengan saraf takut yang sudah putus. Bahkan sudah putus saat ia masih jadi orok. Itu setidaknya narasi menggambarkannya. Atau untuk menyebut manusia yang tidak merasa perlu takut pada apapun yang nantinya akan merepotkannya.
Badannya kurus kering. Tubuh pun relatif pendek, tidak terlalu tinggi. Dan dengan rambut gondrong pirang berjurai lebih dari sepundak, ia lebih pantas dilihat bak penyanyi rock. Melihat sosoknya tidak ada seram-seramnya sebagai orang nekat. Tapi khusus untuknya, kenekatan itu sepertinya tidak perlu tampak sebagai gambaran orang nekat, yang tampil dengan badan gempal dan muka seram.
Nada suaranya khas berat seksi. Ia memang asli putra Menado, yang berguru ilmu agama di tanah Jawa. Mendirikan pondok yang masuk di wilayah Kabupaten Bogor. Entah berapa banyak santrinya. Dan tidak tahu pula ia mengajar agama pada bidang apa. Nama pondok pesantrennya Tajul Alawiyyin.
Habib Bahar bin Smith semalam jadi tahanan Polda Jawa Barat. Ia ditahan karena kasus ujaran kebencian. Pasal ujaran kebencian ini bisa ditarik kesana kemari, sesuai yang dikehendaki. Itu yang mengena pada Habib Bahar. Mestinya ia bisa menghindar dari persangkaan ujaran kebencian, jika ia menyadari bahwa setiap perkataannya yang diunggah di video dan viral itu punya konsekuensi menjeratnya.
Tapi ya itu tadi, ia seolah berakrab dengan persoalan yang lalu membuatnya meringkuk dalam tahanan. Orang lain coba menghindar, tapi tidak dengannya yang seolah tidak hendak bergeser dari apa yang diyakini. Dan karenanya, disuarakan dengan tanpa tedheng aling-aling.
Maka mendengarkan ceramahnya, seolah melihat orang sedang marah-marah. Memang ia marah melihat hal tidak sebenarnya dan lalu disampaikan dengan gayanya. Tidak sebagaimana orang lain, yang bisa memilih dengan narasi lebih halus dan dengan intonasi datar-datar saja.
Tidak Gentar
Saat Kasad Jenderal Dudung Abduracman mengatakan, "Tuhan Kita Bukan Orang Arab". Muncul banyak yang mengoreksi pernyataan absurd itu. Tuhan kok diserupakan dengan makhluk. Tidak terkecuali Bahar yang mengkritik keras. Diunggah di video dan viral.
Sampai harus Brigjen Achmad Fauzi mendatanginya di pondoknya, dan terjadilah perdebatan seru keduanya. Habib Bahar tampak tegar tidak sedikitpun ada rasa gentar. Video perdebatan keduanya itu pun viral. Beberapa televisi berita pun menampilkan perdebatan itu. Orang lalu mengatakan, bahwa kedatangan Brigjen Achmad Fauzi dengan beberapa anak buahnya semestinya hal tidak perlu. Ada nada ancaman yang disampaikannya, yang disambut dengan jawaban Bahar dengan tegar pula. Nyali lelaki tidak biasa.
Adegan perdebatan itu tidak perlu ada jika TNI dalam hal ini AD, tidak mendatanginya, meski menurut Brigjen Achmad Fauzi, itu ada di wilayahnya. Tapi bukan ranah TNI, itu ranah Kepolisian. Tapi ya itu tadi, sepertinya tidak suka seorang Bahar mengoreksi atasannya, Jenderal Dudung Abdurachman, ia jadi abai masuk pada yang bukan tupoksinya. Bahar tampak dominan dalam perdebatan itu, yang tetap dengan suara lantang dengan sesekali telunjuk tangannya dimainkan ke sana kemari.
Siang kemarin Bahar mendatangi di Polda Jawa Barat, diperiksa dan ditahan. Bisa jadi "sudah" ditemukan alat bukti memberatkan. Harusnya hal demikian tidak perlu harus sampai ditahan segala. "Harusnya Bantah pendapat dengan pendapat, bukan dengan dikriminalisasikan". Setidaknya itu pandangan Refly Harun, pakar Hukum Tatanegara, yang juga aktif sebagai pegiat media.
Habib Bahar bin Smith sudah ditahan, dan itu pilihannya, meski itu jadi pilihan tidak mengenakkan dalam mengawali tahun 2022. Manusia satu ini sulit bisa dihentikan, ia sudah memilih jalannya sendiri. Jalan yang tidak biasa. Jalan yang mesti dihindari, anehnya ia tetap enjoy memasukinya.
Luar biasa HaBib Bahar, sampeyan itu terlalu lelaki...
(FNN)