[PORTAL-ISLAM.ID] Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel memberikan analisis tentang teror kepala anjing di Pondok Pesantren Tajul Alawiyyin milik Habib Bahar bin Smith (HBS).
Kiriman paket berisi tiga kepala anjing dalam sebuah kardus itu dikirimkan ke pesantren milik Habib Bahar di Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (31/12/2021) dini hari.
Reza menilai teror berupa kepala binatang itu bukan modus baru.
Namun, dia juga tidak yakin bakal ada aksi susulan yang konkret terhadap Habib Bahar setelah teror kepala anjing itu.
"Konkret, dalam pengertian tindak kekerasan dan sejenisnya," kata Reza kepada JPNN.com, Jumat (31/12/2021) malam.
Pria yang menamatkan pendidikan sarjana psikologi di UGM Yogyakarta, itu menilai siapa pun pengirim kepala anjing itu, dia kurang paham tentang sosok Habib Bahar.
"Habib Bahar bukan orang yang bisa diintimidasi dengan cara seperti itu," ujar pakar yang pernah menjadi pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK/PTIK) itu.
Apalagi, katanya, anjing sendiri disikapi sebagai sesuatu yang kotor, najis, sehingga pengirimnya dipandang pantas diperlakukan secara negatif pula.
Reza Indragiri juga berpendapat tindakan-tindakan ekstrayudisial, apa pun bentuknya, tidak perlu dilakukan karena proses hukum atas Habib Bahar sudah berlangsung.
"Percayakan saja pada polisi," ujar penyandang gelar MCrim (Forpsych-master psikologi forensik) dari Universitas of Melbourne Australia itu.
Saat ditanya apakah pesan yang ingin disampaikan melalui kepala anjing untuk Habib Bahar bermakna sama, hidup atau mati?
"Tampaknya demikian. Kepala anjing yang sudah mati. Seolah pesannya adalah si penerima bisa mengalami kehinaan setara," jawab Reza Indragiri Amriel.
(jpnn)