[PORTAL-ISLAM.ID] Tak banyak yang tahu bahwa ketujuh putri Wali Kota Bandung, Oded M Danial, ternyata penghafal Alquran. Selain ketujuh putrinya, keempat menantu Mang Oded juga hafiz Alquran.
Berikut penuturan Siti Muntamah, istri Mang Oded, tentang bagaimana ia dan suaminya mendidik ketujuh putri mereka.
Ditemui di Pendopo Kota Bandung, Siti Muntamah bercerita, bukan hal mudah mendidik tujuh putri agar menjadi hafizah. Selain butuh kesabaran, mengajarkannya harus dengan kasih sayang karena kadang ada malasnya.
Umi, panggilan akrab Siti Muntamah, mengatakan, agar bisa tumbuh menjadi penghafal Alquran, anak-anak harus sudah mulai diperkenalkan dengan Alquran sejak masih di dalam rahim. Pada seribu hari pertama sejak kelahirannya, anak-anak juga harus benar-benar dijaga supaya tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang merusak.
“Peran orang tua sebagai pelukis pertama utama untuk anak-anaknya itu tak tergantikan. Arahan-arahannya harus benar-benar menggambarkan kecintaan kepada Alquran,” ujar Umi, Senin (6/5/2019), seperti dilansir Tribunnews.
Umi mengatakan, meski semua putrinya penghafal Alquran, belum semuanya hafal 30 juz. Putri pertama, Nurul Syifa, punya hafalan enam juz.
Suaminya, Dwi Nur Afandi, juga penghafal Alquran. Mereka sudah dikaruniai tiga anak.
Putri kedua mereka, Zulfa Anida Dinillah, juga belum hafal 30 juz. Zulfa sudah menikah dengan Fahmi Ali Hudzaifi Fahmi, sarjana strata dua lulusan Universitas Islam di Malaysia.
“Insya Allah anak-menantu punya hafalan Alquran,” kata Umi.
Putri ketiga, Shofura, kata Umi, sudah hafiz 30 juz, Shofura sudah menikah dengan Cecep Helmi Syawali, pengajar di Pesantren Cipansor, Ciawi. Cecep mengajar tahfiz Alquran kepada 400 anak SD dan SMP. “Insya Allah, ia juga hafiz,” kata Umi.
Putri keempat, Aisyah Nur Rahmah, masih kuliah di UPI. Sejak sekolah di Assyifa Boarding School Subang, Aisyah sudah menghafal Alquran.
Bersama suaminya, kata Umi, Aisyah sedang menyelesaikan hafalan 30 juz. Tak hanya itu, ia juga menguasai qiroah syarah hadis Bukhari Muslim.
Putri kelima, Mufidah, baru hafal 5 juz. Hafalan lima juz ini adalah syarat masuk SMA Al Kautsar, Karangpucung, Banjar. Targetnya, lulus sekolah nanti sudah hafal 30 juz.
Putri keenam, Fatimah (12), yang baru lulus SD, sudah hafiz 10 juz. Fatimah juga sudah diterima di SMP Assyifa Boarding School Subang.
Si bungsu, Khodijah Qanita Aulia, yang Oktober nanti berusia 11 tahun, juga sudaf hafal 10 juz.
Menurut Umi, keluarga pencinta Alquran adalah pilihan untuk menjaga keluarga dari siksa api neraka. "Makanya, pilihannya hanya satu, yaitu mengikuti Quran dan sunah nabi. Quran referensi utama, tak tergantikan, dan harga mati," ujar Umi.
Qanita mengaku sama sekali tak menemui kesulitan dalam menghafal Alquran. "Menghafalnya enggak sulit. Yang sulit itu kalau malasnya sedang datang, " ujarnya.
Qanita mengaku tak pernah tertarik jika teman sekolahnya bermain gim. "Gim tidak seru, masih seru berenang dan main di rumah," ujar Qanita, yang pernah menjadi juara MTQ tingkat MI se-Jawa Barat.
Menurut Umi, selain mengenalkan Alquran sejak anak masih dalam rahim, hal yang tak kalah penting adalah selalu memperdengarkan Alquran kepada anak saat usianya masih enam bulan.
Itu saat pertama telinga anak mulai berfungsi dengan baik.
Umi mengakui, sebagai manusia, anak-anak juga kadang ada malasnya.
"Iman itu kadang naik kadang turun sehingga perlu mengajak dan mengingatkan anak dengan penuh kasih sayang, sebagai salah satu landasan ikatan yang tidak boleh rusak," ujar Umi
Umi mengatakan, di keluarganya ada tradisi pada bulan Ramadan. Anak yang khatam Alquran lebih dari satu kali selama Ramadan diberi penghargaan.
Tradisi keluarga lainnya adalah selalu iktikaf pada 10 hari terakhir Ramadan di Masjid Habiburrahman IPTN dengan membangun empat tenda.
"Saat beriktikaf ini, sangat terasa kenikmatan kebersamaan keluarga ini," kata Umi.
Hal senada dikatakan Mang Oded, yang juga penghafal Alquran.