Oleh: Widi Astuti*
Saat itu tanggal 17 November 2021. Ada seorang warga lereng Merbabu yang kontak saya. Dia sedang kebingungan mengurus KTP seorang mualaf dari luar Jawa. Berharap ada solusi tentang KTP tersebut. Agar Sang Mualaf bisa memiliki identitas baru di kolom agama. Sekaligus kolom statusnya. Dia baru saja bercerai dari suaminya yang non muslim.
Kemudian tim Mualaf Center Kab Semarang mencoba kontak beberapa orang untuk mencarikan solusi. Alhamdulillah akhirnya Sang Mualaf itu, sebut saja namanya Stefi, akhirnya bisa memiliki KTP Kab Semarang.
Sore ini saya baru mengetahui bahwa Stefi memiliki beban hidup yang sangat berat. Sebuah beban yang mungkin bisa menyebabkan stress ataupun depresi.
Stefi memiliki masa lalu yang traumatis. Dia tak diakui dan tak dinafkahi oleh ayah kandungnya. Semuanya berawal dari ibunya Stefi, sebut saja namanya Maria. Dulu Maria pernah berpacaran dengan Yohannes. Tapi di tengah perjalanan ternyata Yohannes malah menikahi adik kandung Maria, sebut saja Nancy.
Meskipun Yohannes sudah menikahi Nancy, tapi dia bermain api. Masih menjalin hubungan gelap dengan Maria. Akhirnya Maria hamil. Tapi dia merahasiakan siapa lelaki yang menghamilinya. Dia menutup rapat-rapat fakta bahwa adik iparnyalah yang menghamili dirinya.
Maria melahirkan Stefi seorang diri. Yohannes tak pernah menunjukan kepeduliannya. Tak pernah menganggap bahwa Stefi adalah darah dagingnya. Tak pernah memberikan kasih sayang ataupun menafkahi biaya hidupnya. Padahal secara ekonomi, Yohannes sangat mapan. Dia mampu liburan ke luar negeri bersama Nancy dan anak-anaknya.
Stefi tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah. Dia baru mengetahui siapa ayah kandungnya setelah remaja. Setelah Maria menikah dengan lelaki lain, sebut saja Zorro. Maria membawa serta Stefi dalam kehidupannya. Berharap bisa menghadirkan sosok ayah bagi putrinya.
Tapi sungguh malang nasib Stefi. Bukannya mendapat sosok ayah tiri yang melindunginya tapi justru mencabulinya. Stefi menjadi korban kekerasan seksual ayah tirinya. Tak hanya itu, Stefi juga sering dipukuli hingga wajahnya membiru. Dan Maria tak berdaya melihat kelakuan bejat Zorro. Dia tak berani melawan.
Bertahun-tahun Stefi diperkosa oleh ayah tirinya. Akhirnya dia hamil. Di usia 16 tahun, Stefi melahirkan seorang anak perempuan. Anak dari ayah tirinya sendiri. Stefi harus meninggalkan bangku SMA ketika diketahui dirinya hamil. Dia tak bisa menamatkan SMA gara-gara kelakuan bejat ayah tirinya.
Beberapa saat kemudian Stefi menikah dengan seorang pria, sebut saja namanya Xemplu. Dia berharap bisa menemukan kedamaian dan kebahagiaan dengan lelaki tersebut. Berharap bisa mengubur masa lalunya yang kelam dan mengisi lembaran barunya dengan kisah kasih tulus. Dan berharap bisa menghadirkan sosok ayah bagi anaknya. Anak malang hasil perkosaan ayah tirinya.
Tapi malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Ternyata Xemplu ini adalah lelaki brengsek yang sama bejatnya dengan ayah tirinya. Xemplu pernah tertangkap basah hampir melecehkan anak tirinya. Untunglah segera ketahuan oleh Stefi. Untunglah belum ternoda.
Stefi kaget melihat kejadian itu. Dan bertekad akan memutus lingkaran setan akibat perzinaan. Seolah kutukan tak ada habisnya. Stefi meminta cerai. Dia membawa serta kedua anak perempuannya. Yaitu anak dari perkosaan ayah tirinya serta anak dari pernikahannya dengan Xemplu.
Stefi sangat nelangsa melihat kejadian ini. Seolah duka selalu menghantui hidupnya. Dia memutuskan pergi meninggalkan kediamannya dan pergi ke seberang pulau. tak lama kemudian pindah ke Jawa, tepatnya di kaki Gunung Merbabu.
Saat berada di kaki Gunung Merbabu inilah Stefi memutuskan bersyahadat. Dia sudah begitu lelah menjalani hidup ini. Dia berharap bisa menemukan kedamaian. Agar tetap tabah dengan segala cobaan yang menghantuinya.
Kisah Stefi ini benar-benar mengaduk jiwa saya. Membuat saya tersadar, betapa di luar sana masih banyak sekali para perempuan tak berdaya. Para perempuan yang menjadi korban kebejatan nafsu para lelaki brengsek.
Juga membuat saya merenung betapa dosa zina itu sangat besar. Efeknya tak hanya bagi pelaku zina saja, tetapi juga bagi keturunannya. Jangan sampai anak keturunan menjadi korban keegoisan para pemburu nafsu.
Saat ini Stefi sedang mencari kedamaian batin. Dia berusaha menghidupi anaknya. Dan berniat memasukan anaknya ke pesantren, agar lingkaran setan zina segera terputus.
Saat Stefi mengurus KTP itu tujuan utamanya adalah untuk urusan administrasi mendaftar ke pesantren. Dia bertekad agar anaknya dibentengi agama yang kokoh. Dia berusaha menjaga anak perempuannya agar tidak mengalami nasib malang seperti dirinya.
Kini Stefi hidup di lingkungan yang insya Alloh baik. Jauh dari masa lalunya. Jauh dari orang-orang yang menorehkan luka di hatinya. Berusaha mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk memasukan anaknya ke pesantren.
Stefi bekeja sebagai penjaga toko. Memang penghasilannya masih sedikit, tapi dia bersyukur masih bisa bertahan hidup. Masih bisa waras meskipun masa lalunya membuat trauma.
Andaikan saya tidak mendengar langsung, rasanya sulit untuk percaya. Tapi saya mendengar langsung serta mengetahui identitas Stefi.
Kisah ini membuat saya merenung bahwa dosa zina itu berimbas pada anak keturunan itu nyata adanya.
#stopZina
#stopLegalisasiZina
*fb penulis (07/12/2021)