SIKAP POLITIK, ANIES DAN NU
Pagi ini kita mulai dengan "Bismillah" dan dilanjut dengan "Alhamdulillah". Karena walaupun ini cuma "Tausiyah Politik", segala hal harus dimulai dengan Basmalah dan setiap waktu harus disyukuri dengan Hamdalah.
Sangat menarik pagi ini membaca komentar-komentar para Netizen di Akun FP Anies Baswedan yang berisi Postingan ucapan Selamat kepada Pengurus PBNU yang baru dan ucapan Terima Kasih kepada Ketua PBNU yang lama.
Kita akan mengupas dua Komentar yang menurut saya sangat menarik.
(1) Satu dari Fans Bang Anies yang kecewa. Kita sebut saja OB (Orang Baik).
Dimulai dengan salam, beliau akhirnya memutuskan untuk "mengunfollow" Bang Anies. Karena tidak setuju dengan pernyataan Bang Anies kalau Ketua PBNU yang lama membuat NU semakin gemilang.
"Gemilang dari mana Pak? Aqidah rusak dimana-mana..." kata beliau. Dan beliau mengakhiri komentarnya dengan doa agar Bang Anies selalu sehat.
Secara pribadi saya sangat setuju dengan OB. Saya juga memahami kekecewaan beliau atas pernyataan Bang Anies.
Ditangan Ketua PBNU yang lama, menurut saya Islam memang semakin terpecah. Sayap Ormas PBNU berkali-kali membubarkan Pengajian. Sekalipun Pengajian dari Ustadz NU, tapi karena dianggap berseberangan dengan Pemerintah, ya dimusuhi juga.
Artinya NU diperiode lama benar-benar terjun ke Dunia Politik. Jadi "die hard-nya" Rezim Berkuasa.
Tanpa malu-malu, Sayap Kepemudaan Ormas NU juga mulai bertingkah seperti "Tukang Stempel" ke Indonesiaan semua orang. Merasa paling NKRI. Merasa paling Pancasilais.
Lucunya, yang menjadi ukuran adalah dukung atau tidak mendukung Rezim Berkuasa. Bukan karena sikap Nasionalisme atau jiwa Patriotnya.
Kan Gobe!
Jadi wajar OB marah.
Tapi Bang Anies itu Pejabat Publik. Seorang Politikus. Berada di Dunia Politik.
Dunia Politik lebih abu-abu dari warna Abu-abu sendiri. Sikap dan tujuan Politik tidak bisa kita simpulkan dari ucapan dan perbuatannya sekarang.
Secara pribadi tentu saja Bang Anies menyadari "pernah" jadi Korban Politik dari beberapa Oknum yang mengatas namakan NU dijaman Ketua yang lama.
Sebut saja Buku "7 Dalil Umat Islam DKI dalam memilih Gubernur" dari RelaNU yang konon "fatwa" dari Ishomuddin.
Sampai sekarang kebencian "grass root" NU, korban dari Pencucian Otak oknum-oknum yang dikenal sebagai Petinggi NU, khususnya dari Jawa Tengah dan Jawa Timur tetap mengakar kuat kepada Bang Anies (misal Komentar Kedua yang akan kita bahas nanti).
Tapi sekali lagi Bang Anies itu Pejabat Publik. Seorang Politikus. Beliau membutuhkan dukungan semua orang. Beliau membutuhkan dukungan PBNU. Bahkan, sekalipun agak najis, beliau juga membutuhkan dukungan Giring dan PSI.
Jadi untuk membaca "kepribadian" seorang Politikus, lihat rekam jejaknya. Coba pahami tujuan kedepannya. Jangan hanya karena sebuah "strategi politik", kita langsung unfollow atau malah berbalik membenci.
(2) Sekarang kita masuk ke Komentar kedua. Kita sebut saja ini-Sial orangnya OG (OrangGuoblok).
Komentarnya singkat-padat dan tulul. Ciri khas orang-orang yang waktu brojol ke dunia otaknya kekurangan oksigen.
"Yang jelas NU tidak memilih Capres yang didukung Kadrun. Dan menghalalkan segala cara dengah jualan ayat dan mayat. Uda gitu aja," kata si OG.
Tentu saja yang dia maksud adalah Bang Anies.
Lucunya si OG tadi namanya malah "Kadrun" banget. Terus foto-fotonya ada yang sedang berkunjung (saya segan menyebut umrah atau haji) ke Negara Kadrun.
Saya tidak tahan dan harus menitip komentar sangat pedas. Karena model si OG ini adalah sampah-sampah yang akan terus membuat Umat Islam terpecah. Karena saya yakin si OG jauh lebih membenci Umat Islam Non NU daripada Fir'aun sekalipun!
Tentu tidak akan membuat kita terkejut kalau si OG adalah Anggota Ormas Jumjumareka dan berasal dari Jawa Timur!
Seperti yang sudah saya sampaikan di atas. Si OG ini adalah korban "pencucian otak" dari oknum-oknum yang mengatas namakan NU.
Mereka lebih mencintai Abu Janda ketimbang Ustadz Abdul Somad. Mereka menganggap Ustadz Abdul Somad seorang "Ustadz Radikal". Padahal yang disampaikan oleh UAS selalu bersumber dari Al-Quran dan Alhadist.
Sebaliknya mereka memuja Abu Janda. Padahal sampah itu membaca Iqra aja masih terbata-bata. Betapa menggelikannya nalar dan logika mereka.
Terakhir, sampai sekarang batin saya selalu tergelitik dengan tuduhan "menjual ayat dan mayat" kepada Bang Anies.
Pertama, benar dulu ada penolakan warga untuk mengurus dan men-sholatkan kepada seorang mayat Ahoker.
Tapi itu adalah sikap warga. Bukan sikap Bang Anies. Dan saya pastikan Bang Anies tidak setuju dengan sikap Warga Pemilihnya tersebut.
Gara-gara hal ini, Bang Anies dituduh memainkan "Politik Identitas". Padahal FAKTA-nya, Ahok dipilih 98 persen orang yang seagama dengan dia dan 99 persen orang yang sesuku dengan dia.
Ayo, kurang rasis apa para pemilih Ahok???
Saya ingat, bahkan ada satu kawasan di Jakarta, yang menjadi kawasan Lapo Tuak (Cililitan) yang satu TPS-nya 100% memilih Ahok.
Kurang "identitas" bagaimana lagi warga pemilih Ahok???
Sampai sekarang, kebencian beberapa suku tertentu yang non muslim, masih sangat kental kepada Bang Anies. Lucunya banyak dari mereka belum pernah menginjak Jakarta. Karena mereka tinggal di Pelosok Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur dan Bali.
Andai saja orang-orang ini tahu, berkali-kali Bang Anies sudah merenovasi Gereja dan Kuil.
Beberapa hari yang lalu menyerahkan IMB Gereja Katholik di Jakarta Timur. Mempercantik GPIB Immanuel. Warga Hindu Tamil sampai terharu dan bolak-balik berterima kasih kepada Bang Anies atas Pembangunan Rumah Ibadah mereka di Kalideres. Rumah ibadah yang sudah mereka impikan sejak jaman Kemerdekaan. Baru di Pemerintahan Bang Anies impian mereka dapat terwujudkan.
Mosok Gubernur sebaik begini masih dituduh Gubernur penjual ayat dan mayat???
Kan Vangsat!!!
(By Azwar Siregar)