SEMUANYA KARENA DAN DEMI PAK JOKOWI...
Saya kira sejak kita Merdeka, baru di Periode Planga-Plongo ini semua kegiatan bernegara kita dinisbahkan ke nama Presiden yang sedang berkuasa.
Sejak jaman Pak Harto sampai Pak SBY, saya belum pernah mendengar istilah "Tol Pak Harto atau Perumahan SBY". Baru sekarang saya mendengar istilah "Tol Jokowi dan Perumahan Jokowi".
Semua Pembangunan Jalan Tol di Jaman Pak Jokowi disebut Tol Jokowi. Seakan-akan bangsa kita baru mengenal Jalan Tol sejak Pemerintahan Pak Jokowi. Bahkan seakan-akan Jalan Tol tersebut dibangun oleh pakai uang Pribadi Pak Jokowi...
Rumah-rumah subsidi untuk rakyat jelata sekarang disebut Perumahan Jokowi. Padahal sejak jaman Pak Harto pembangunan Rumah Bersubsidi sudah sangat banyak. Cuma dulu disebut Perumnas alias Perumahan Nasional. Bukan Perumahan Pak Harto!
Anehnya, giliran Pak Jokowi menambah gila-gilaan Hutang Negara, disebutnya tetap Hutang Indonesia. Bukan Hutang Jokowi!
Padahal kalau berbicara Pembangunan yang terkonsep dan berkesinambungan, kita harus mengakui Program Pembangunan di masa Pak Harto. Hampir 90 persen Jalan Lintas Gratis yang sekarang digunakan oleh masyarakat kita dibangun di Jaman Pak Harto.
Pak Harto bahkan pernah membuat Program Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar untuk memberantas buta huruf di Negara kita. Sekolah-sekolah tersebut kelak kita kenal dengan nama SD Inpres alias Sekolah Dasar Instruksi Presiden. Bukan SD Suharto!
Saya tidak bisa membayangkan, kalau misalnya dulu Pak Harto juga mengidap penyakit Narsistik. Maka semua Jalan Lintas antar Provinsi di Negara kita akan bernama Jalan Suharto!
Gedung-Gedung Sekolah Negeri akan bernama Gedung Suharto. Perumahan Suharto akan bertebaran dimana-mana.
Sebaliknya, dibalik semua kekurangan Pak Harto, tapi beliau sangat arif dan bijak dengan menisbahkan nama-nama Pahlawan yang sudah almarhum ke nama-nama Jalan, Gedung, dan semua Pembangunan di jaman Orde Baru.
Tetapi Pak Harto sempat juga mengidap penyakit Narsistik itu menjelang kelengseran beliau. Foto Pak Harto masuk dimata uang Lima Puluh Ribu Rupiah.
Begitulah. Kekuasaan memang sangat dekat dengan Pemujaan. Kekuasaan teramat lekat dengan keakuan. Kalau orangnya tidak kuat iman bisa lupa diri dan merasa menjadi Tuhan. Contohnya Namruz dan Firaun.
Hanya saja setiap yang berlebihan akan berakhir menyakitkan. Lihat saja, Firaun akhirnya mati tenggelam dalam penyesalan.
Saya menulis begini karena sayang kepada Pak Jokowi. Lebih baik singkirkan semua yang menjilat disekeliling Bapak. Kritikan memang ngga enak tapi bisa jadi pengingat. Sedangkan pujian memang sedap tapi sering membuat terjerembab.
Nah, sekarang Pengkultusan kepada Pak Jokowi mulai berlanjut....
Mosok alasan Pembatalan Aturan karena PRESIDEN TIDAK INGIN PENYEKATAN?
Berarti aturan berlaku karena keinginan atau tidak inginnya Presiden?
Padahal harusnya karena Pertimbangan Ahli berdasarkan keinginan rakyat.
Atau sekarang Pandeminya mau kita nisbahkan ke beliau juga, jadi Pandemi Jokowi?
(By Azwar Siregar)