Ijinkan saya bicara soal Ricky Kambuaya saja.
Sudah biasa bagi talenta muda dari Tanah Papua dapat cap 'The Next Boas', tapi sedikit saja, hampir tak ada bahkan belakangan ini, menurut saya yang pantas dapat stempel yang sedianya lebih berat disandang: 'The Next Kaka Edu'.
Jenis pemain seperti Eduard Ivakdalam (Kaka Edu) adalah satu dari seribu di Papua. Tak meledak-ledak, tak menonjolkan skil individu dan kecepatan, tapi punya visi permainan tim di atas rata-rata. Pandai mengatur tempo permainan dan cerdas dalam pergerakan tanpa bola. Satu lagi, mau bantu pertahanan.
Kaka Edu adalah poros di Persipura yang tak tergantikan sampai dia pensiun. Menyumbang banyak gelar dan ironisnya nyaris tak pernah main di timnas. Ia korban stereotype di Jawa soal bagaimana orang Papua seharusnya bermain bola: lari kencang, tipu kiri-kanan, bikin gol.
Pelatih Shin Tae Yong, untungnya, sejauh ini tak punya stereotype serupa, dan dibayar kontan oleh Kambuaya. Ia saat ini yang terdepan sebagai calon debutan terbaik pada Piala AFF kali ini.
Baru 25 tahun, ia sudah menunjukkan kematangan yang baru dicapai model Ruben Sanadi, Ian Kebes, dan Boas Salossa pada usia kepala tiga.
Apapun hasil nanti malam, ingin rasanya melihat Kambuaya terus di timnas, kecuali jika Papua merdeka tentunya.
Saat ini, selain Evan Dimas, hampir tak ada yang lebih pantas mengambil tongkat estafet dari Ponaryo, Syamsul Arifin, atau Firman Utina...
(Fitriyan Zamzami)