Oleh: Naniek S Deyang (eks wartawan senior, aktivis kemanusiaan)
Saya belum menentukan sikap sampai hari ini mendukung siapa, karena masih tiga tahun lagi, tapi jujur saya akui di antara orang-orang yang mau Nyapres Anies lebih punya karakter!
Seorang pemimpin datang dengan senyum dan duduk di tengah aspal nglesot bersama buruh, itu sulit ditemui. Yang ada selama ini biasanya pimpinan yang didemo ngumpet atau menyuruh utusan untuk ngadepin demonstran.
Para buruh yang emosional karena hanya mengalami kenaikkan Rp 37 ribu, tadinya sempat orasi secara emosional bahkan menyebut Anies sebagai "bencong".
Namun suasana menjadi tepuk tangan riuh, saat Anies pun mengaku tidak setuju dengan formula upah buruh dari Kemenaker karena kalau diterapkan di Jakarta sangat kecil kenaikannya.
Di hadapan para buruh Anies mengatakan juga bahwa ia baru saja menyurati Menaker agar mengubah formula upah buruh untuk DKI.
Saya kira ini luar biasa, tidak pengecut dan mau menemui buruh itu sudah menggambarkan seorang pemimpin yang punya karakter, apalagi mampu mensolusikan. Ini sepertinya gambaran yang cocok untuk memimpin Indonesia.
Masalahnya bagaimana Anies akan maju Nyapres karena tidak punya partai? Maka hanya dua cara Anies didukung para konglomerat untuk bisa belanja partai-partai (Indonesia tetap dalam genggaman oligarki) atau Anies didukung rakyat mayoritas, dimana para rakyat mayoritas di antaranya pasti angggota partai ini mendesak partainya untuk mendukung Anies.
Namun akan lebih seru lagi, kalau Indonesia tidak ada presidential threshold yang mewajibkan 20 persen dukungan partai untuk bisa maju Nyapres. Siapa yang bisa memperjuangkan 0 persen untuk presidential threshold? Agar yang gak punya partai pun bisa melenggang Nyapres. Kalau presidential threshold 0 persen, maka hancurlah oligarki di Indonesia.
Kadang kalau mikir politik di Indonesia ini membuat seperti gak punya harapan... 😭
(fb)