MADU TIGA
Oleh: Danke Soe Priatna
Deeuuhh....
Bapa', akang, mamang, aa, uda, lae, mas mas jangan girang dan bernafsu dulu , ini bukan soal kiat punya madu tiga, atau empat..
Emak - emak, jangan manyun atau mengernyitkan dahi dulu, hati hati, ntar kulit wajah hasil perawatan jadi kendor lagi lhoo..
Ini bukan soal persaingan antar madu, atau cerita mengharu biru semacam Layangan Putus, Nahkoda Kapal Pecah, Ujang pengen Kawin atau semacamnya, yang membuat kubu ibu ibu sama bapa bapa saling mencari pembenaran, menurut versi masing masing.
Padahal kebenaran yg hakiki ada di dalam lubuk hati kita.
Kita yang paling tahu, seberapa bobroknya kita.
Tinggal kita menyadari kekhilafan diri.
Bukan malah mencari pembenaran diri.
Apalagi mencari cari kesalahan orang lain untuk menutupi salah yang kita perbuat... #eh
Madu Pertama
Madu Pertama, datang dari Istana. Rasa manis sebagai penguasa dan bertahta dengan sagala fasilitas dan kemewahan yang ada.
Sihirnya begitu terasa. Membuat terlena. Kecintaan terhadap dunia, membuat lupa bahwa usia dan nyawa akan dipanggil sang Maha Kuasa.
Manisnya madu,
Nimatnya kuasa,
Membuat tidak rela kalau dinikmati hanya sekejap. Tidak cukup rasanya kalau hanya mengecap 10 tahun, kalau bisa 15 tahun. Atau seumur hidup.
Dan...
Biar tidak dibilang gila kuasa, maka anak cucu dan mantu yang mulai di kedepankan untuk memegang kekuasaan.
Manisnya madu pertama, membuat lupa dan tak tahu malu bahwa kemarin menghina hina orde baru.
Menyindir soal KKN
Mengktitisi soal korupsi
Dan sekarang, keluarga, kerabat dan kroni sendiri yang diberi kursi dan jabatan.
Bahkan banyak yg dipaksakan.
Uang negara dihamburkan untuk membayar orang dan lembaga yang gk ada manfaatnya.
Korupsi bukan lagi kejahatan hebat yg membuat negeri merugi. Para Koruptor diberi grasi, bahkan bebas mendaftarkan diri jadi bagian dari kekuasaan lagi.
Sementara, masyarakat sebatas ingin jadi butuh pabrik saja harus rumit ngurus SKCK...
Dan kalian yang dungu masih saja menganguk angguk, menasbihkan kalau dia lugu, bersih, anti korupsi, sederhana dan merakyat.
So pathetic...
Pantas saja Negara ini gk akan maju, karena merasa nyaman dengan kedunguan dan senang kalau terus ditipu...
Madu Kedua
Nusantara yang kaya raya. Harta berlimpah, memang jadi daya tarik bagi para bedebah dan durjana, untuk berlomba memakai topeng : aku indonesia, aku pancasila.
Padahal sejatinya para opportunis bengis yang memerah kekayaan negara buat mereka dan keluarga.
20.000 ton beras akan dimusnahkan. Setelah jor joran import dilakukan. Betapa sih fee yang kalian dapatkan??
20.000 ton bisa menyambung entah berapa nyawa sederhana yang hidup dalam kemiskinan.
Bohong besar !!
Kalian tidak cinta indonesia dan kalian tidak peduli pancasila. Kalian hanya peduli perut sendiri dan kroni. Persis saat jaman penjajahan, kalian nemplok dan membantu kaum penjajah, karena kalian hanya ingin selamat sendiri.
BUMN??
Sapi perahan untuk pesta kemewahan kalian.
Kuasa kalian laksana pemilik pribadi. Anak, Istri bahkan gundik ikut menari menikmati fasilitas negeri??
Apa?, aku sirik??
Bukan. Aku bukan sirik atau iri. Aku hanya muak dengan segala ketamakan kalian yang kampungan.
Mental kalian sekelas anjing kudis penuh dengan rabies.
Kalau mau berkuasa, berkuasalah dengan adil.
Kalau mau hidup mewah, bermewah mewahlah dengan hasil keringatmu.
Sisakan saja, kesederhanaan bagi kami, namun penuh berkah dan kedamaian. Tanpa harus kami mengelus dada, mendengar 20.000ton beras akan dihancurkan. Sementara untuk membeli satu liter beraspun, kami harus berjibaku sedari subuh....
Madu Ketiga
Kebebasan dan kemerosotan moral. Kebebasan berbicara dan mengeluarkan fikiran memang dijamin oleh undang undang. Apalagi kalau yang kita ucapkan adalah kata kata yg memuja penguasa dan menghina atau melecehkan pihak lain.
Bukan hanya manusia biasa atau ustadz, Rasulullahpun bebas dihinakan. Al qur'an dilecehkan.
Asal kalian ikut teriak anti radikal. Dan memproklamirkan diri sebagai cinta kebhinekaan.
Maka kalian akan bebas dari segala tuntutan dan tekanan.
Dan karena kedunguan kalian, kalian yg menyebut diri menghargai perbedaan. Namun disaat ada yg berpakaian berbeda menurut kamus kalian, berhijab, bercelana cingkrang... Lalu kalian labeli radikal.
Lalu kalian curigai.
Lho, katanya menghargai dan mencintai kebhinekaan, menghargai perbedaan.
Lantas yg bercadar dikatakan radikal?? Yang bercelana cingkrang radikal??
Lha... Perbedaan itu menurut kalian apa?
Kami harus ikut berwajah dekil dan tengil seprti kaluan ghitu?
Ah, dasar bangsat tengil dan dekil, langsung saja mendingan kau bilang tidak suka ajaran islam.
Habis perkara. Dan akan jelas dimana posisi kita.
Atau kami harus sesumbar suka nonton film porno, atau menyukai situs situs porno? Agar dibilang mendukung Hak azasi manusia? Dan kebebasan individu??
Betul, itu Hak pribadimu.
Namun engkau itu pemimpin, yang akan di contoh oleh masyarakat, minimal satu provinsi.
Bagaimana kalau para guru mengatakan hal sama didepan murid muridnya. Apa murid tidak jadi penasaran.
Jangankan blak blakan, yg sembunyi sembunyi saja anak anak bisa akses lewat internet.
Apalagi melihat contoh pejabat bangga dengan hobi nonton film porno. Maka jangan disalahkan anak anakpun akan melakukan hal yang sama tanpa malu malu lagi. Bukan malu, tapi mereka akan bangga, punya hobi sama dengan seorang Gubernur!!
Disini perlunya selektif dan arif menjadi seorang pemimpin.
Bukan hanya mengecap madu puluhan miliar buat konser kebangsaan. Dan fasilitas mewah yg didapatkan.
Namun ada tanggung jawab moral yang akan dipertanyakan.
Sooner or later.
Madu Tiga??
Benar kata sang Maha,
Kalau gk sanggup adil, cukup satu saja. Itupun dengan tanggung jawab dunia akherat...
Ya, sudahlah...
Semoga Allah segera memberikan yang terbaik bagi negeri ini.
*photo hanya sekedar pemanis agar hidup tidak seperti patrawali...*