[PORTAL-ISLAM.ID] Tudingan sikap intoleransi terus disematkan kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan oleh lawan politik tanpa data dan bukti. Tudingan-tudingan ini semata-mata karena dendam politik di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. Padahal, Anies sendiri adalah orang yang bersikeras menentang sikap-sikap intoleran.
Salah satu cara Anies untuk melawan perilaku intoleran dilakukan lewat program kerjanya dalam melayani warga Jakarta. Di antaranya adalah memberikan Izin Membangun Bangunan (IMB) dan merevitalisasi gereja di Jakarta.
Salah satu catatan penting dalam kebijakan Anies Baswedan adalah memberikan IMB kepada puluhan gereja yang sejak lama susah menanti izin tersebut. Ada yang menanti selama 40 dan 50 tahun baru izin membangun tempat ibadah mereka dikeluarkan, dan saat dikeluarkan itu di Pemerintahan Gubernur Anies Baswedan.
“Yang istimewah itu ada tiga gereja yang puluhan tahun tidak mendapat IMB, di Tambora itu 52 tahun dan ditempat lain itu 40 tahun. Itu oleh Anies mendapat IMB setelah sekian puluh tahun tidak mendapat IBM,” kata Geisz Chalifah di acara talk show yang dikutip KBA News di Jakarta, Kamis, 30 Desember 2021.
Tidak hanya mengeluarkan IMB untuk pembangunan gereja, mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu juga mengeluarkan kebijakan untuk merevitalisasi gereja tertua di Jakarta, yakni gereja GPIB Imanuel Jakarta.
“Lalu di Gereja Imanuel dilakukan revitalisasi dan di buka Desember ini dilakukan peresmian revitalisasinya. Oleh karena itu apa yang dikatakan oleh Giring (Ketua Umum PSI) itu yang bohong dia atau Anies, kalau melihat semacam itu? Ini soal diksi intoleran yang dikatakan Giring,” ucapnya.
Geisz menyampaikan, sejak 2018 hingga 2021 Anies lebih banyak mengeluarkan IMB untuk pembangunan Gereja dibandingkan IMB untuk pembangunan Masjid. Data yang dihimpun dari Biro Pendidikan Mental dan Spiritual (Dikmental) Setdaprov DKI Jakarta, jumlah IMB untuk pembangunan gereja sebanyak 24 dan Masjid hanya 11.
“Jadi secara faktual, datanya valid yang dikeluarkan Dikmental, lantas yang intoleran siapa kalau kita bicara tentang intoleransi?” tanyanya.
Menurut Geisz, yang membuat gaduh di Hari Natal adalah Giring Ganesha yang berpidato dengan kata-kata yang kasar, dan hampir seluruh isi pidatonya menebar kebencian.
“Di tengah-tengah Natal yang sangat kondusif, warga Jakarta menikmati suasana Natal yang nyaman, datang seorang Giring berpidato dengan sangat kasar menyatakan pembohong dan hampir semua isinya kebencian, yang tidak berbicara soal Indonesia ke depan,” tutup Geisz. (kba)