[PORTAL-ISLAM.ID] Habib Bahar bin Smith membagikan pengalamannya sewaktu dipenjara di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah beberapa waktu lalu. Habib Bahar mengatakan petugas Lapas sampai memohon minta maaf saat akan memborgol cucu nabi tersebut. Momen Habib Bahar diborgol ia ceritakan.
Habib Bahar memahami risiko para petugas. Mereka hanya bawahan yang menjalankan tugas dari atasan. Mereka tak bisa melawan atau menolak.
Habib Bahar diborgol tangan perut kaki
Habib Bahar menyampaikan hal ini itu dalam ceramah di Garut pekan lalu. Dia menceritakan banyak yang ngaku cinta habaib tapi diam dan mendiamkan saat Habib Rizieq atau cucu nabi yang lainnya dipenjara.
“Waktu saya di Nusakambangan kemarin, tangan saya diborgol, perut saya diborgol, kaki saya diborgol. Tiga borgol itu SOP-nya begitu,” ujar Habib Bahar.
Dia mengakui petugas tak bisa ngapa-ngapain mendapatkan perintah dan menjalankan SOP memborgol tahanan Habib Bahar itu.
“Seluruh petugasnya baik. Mereka hanya ikuti aturan, mereka berkata habib kami ini NU, kami cinta habaib, kami mohon maaf terpaksa kami begini. Kalau nggak kami kehilangan pekerjaan. Terus saya bilang nggak apa-apa, borgol saja,” katanya.
Nah saat itu, para petugas pun memohon minta maaf banget ke Habib Bahar sebelum memborgolnya.
“Mereka minta maaf, minta ridhonya, kami takut kualat,” kata petugas memohon maaf.
Jangankan dipenjara
Selanjutnya, Habib Bahar menceramahi para petugas dengan diperlakukan borgol segitunya. Sambil berjalan ke sebuah ruangan, Habib Bahar bertanya ke para petugas, apakah kalian semua Islam. Ternyata mereka menjawab semuanya muslim.
Lalu Habib Bahar terus menceramahi para petugas.
“Siapa nabi kalian? Nabi Muhammad, nah kalian tiap salat kan bersholawat. Salam sejahtera dan rahmat atas nabi dan atas keluarga nabi, tahukah kalian mengaku umat Muhammad sedangkan kalian membiarkan cucu Muhammad diborgol kaki tangannya? Kalian bersholawat ke anak cucu Muhammad, sedangkan anak cucu Muhammad diborgol. Saya bagaikan bandar narkoba, koruptor, padahal saya ceramah membela rakyat,” katanya.
Habib Bahar mengatakan baginya di penjara itu hal yang kecil. Belum ada apa-apanya dengan perlakuan yang diterima leluhurnya yang dibunuh, diracun bahkan ada yang sampai dipenggal.
“Nenek kekek kami dibunuh, disika itu sudah biasa. Itulah warisan yang diberikan kepada kami, kakek kami tak wariskan pangkat jabatan, yang diwariskan kakek kami adalah ilmu, ahlak, adab, zuhud. Nggak apa-apa saya diracun dibunuh, itu risiko kami berjuang,” ujarnya. [hops]