Sumur Resapan, Air Hujan itu dari Sononya Berkah
Oleh: Ustadz Muh. Nursalim
Saya punya dua sumur resapan, di sebelah kanan dan kiri rumah. Sebelah kanan untuk menampung limbah cucian dan air hujan sebelah kiri buat menampung limbah kamar mandi.
Saat pembuatan, yang satu diisi seperti umumnya sumur resapan yaitu batu besar, koral, pasir dan ijuk sedangkan yang satu lagi kosong. Dua tahun kemudian ternyata yang kosong sudah tidak lagi bisa menampung. Air meluber keluar sumur. Itu berarti tidak lagi dapat meresap air. Mungkin pori-pori tanah sudah tertutup dengan busa sabun, sampo dan diterjen. Sedangkan yang diisi koral dan lain-lain masih baik sampai hari ini. Kurang lebih sudah tiga belas tahun.
Pertimbangan membuat sumur resapan sedarhana. Agar limbah cair rumah tangga tidak menjadi comberan. Di samping itu bisa menabung air, agar limbah cair itu bisa diolah di dalam tanah dan diserap pepohonan. Demikian pula air hujan agar semua tidak mengalir ke selokan kemudian sungai dan berakhir ke laut.
Dari pengalaman itu kemudian ketika ada undangan musyawarah rencana pembangunan (musrengbang), baik tingkat RT, desa maupun kecamatan saya selalu mengusulkan agar sebagian anggaran negara itu dipakai untuk membuat sumur resapan. Tetapi tidak pernah ada respon. Masyarakat dan pemangku kepentingan ternyata belum menganggap penting sumur resapan.
Barang ini mungkin dianggap mubazhir. Tidak kelihatan di mata dan kegunaannya tidak langsung dapat dinikmati masyarakat. Berbeda dengan membangun jalan, jembatan, selokan dan gorong-gorong.
Tapi Alhamdulillah, di Jakarta sekarang ini lagi gencar-gencarnya membuat sumur resapan. Tidak tanggung-tanggung, ada 40 ribu titik yang dibangun sumur resapan. Bangunan ini memang tidak kasat mata, mungkin malah dinilai menganggu orang lewat. Karena dibuat di pinggir jalan.
Sumur-sumur itu tentu tidak untuk menampung limbah cair rumah tangga, tetapi menampung air hujan yang jatuh di jalan atau yang meluber ke badan jalan. Teorinya air itu akan mencari jalan yang lebih rendah. Ketika di situ ada lobang sumur resapan tentu akan ke sana mengalirnya.
Soal efektifitas, tergantung curah hujan yang turun. Para ahli pasti sudah menghitung berapa curah hujan yang bisa ditampung ke dalam sumur resapan tersebut. Karena bagaimanapun, sumur resapan itu hanya menyerap bukan menyedot. Menyerap itu pelan-pelan tetapi pasti. Kalau air datang bersamaan akibat hujan deras sekali tentu tidak bisa langsung terserap semua.
Karena itu akan lebih efektif jika pembuatan sumur resapan itu bukan hanya dilakukan oleh pemerintah DKI, tetapi juga warga secara mandiri. Di pekarangannya sendiri-sendiri. Ini akan lebih mempercepat hilangnya air dari permukaan tanah di Jakarta saat turun hujan.
Anies telah berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk warga Jakarta. Kalau ada satu dua sumur resapan yang mampet dan tidak berfungsi. Saya kira warga berhak melaporkan kejadian itu, biar langsung ditangani. Mungkin desain yang kurang pas atau sebab lain, para insinyur yang lebih mengerti.
Ketika berbagai cara untuk mengatasi banjir di ibu kota belum maksimal hasilnya, barangkali sumur resapan ini menjadi pilihan cerdas. Prinsipnya mengembalikan air ke tempat asalnya, yaitu dalam tanah.
Air hujan itu dari sononya berkah. Sebagaimana firman Allah:
وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ [ق/9]
"Dan Kami turunkan dari langit itu air yang membawa berkah, lalu kami tumbuhkan pohon-pohon dan biji-bijian yang diketam."
Berkah itu artinya ziyadatul khoir (tambahnya kebaikan). Ketika faktanya air mendatangkan bencana, itu bukan sifat air hujan yang asli. Pasti ada campur tangan manusia yang menyebabkan air yang berkah itu berubah menjadi bencana. Hal ini sejalan dengan firman Allah.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ [الروم/41]
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan-tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar."
Sifat air itu mencari tempat yang lebih rendah. Ketika jalan di aspal, trotoar di paving, halaman di cor dan sebagian permukaan tanah ditutupi beton maka tidak salah kalau air larinya ke got. Jika saluran air tidak mampu menampung akhirnya meluber ke jalan. Jika semakin banyak dan banyak jadilah banjir.
Nah, sumur resapan adalah salah satu rekayasa agar air hujan kembali menjadi berkah. Bermanfaat bagi manusia dan tidak menjadikan malapetaka. Wallahua’lam.(*)