Pria Katolik Masuk Islam
Arcadio Jeffrey Perida menceritakan:
"Saya lahir di keluarga Katolik, dan tiba-tiba ayah saya pindah agama dari Katolik Roma ke Kristen Yudaisme, atau yang mereka sebut 'Yahudi Kristen'. Di Universitas, saya bertemu dengan seorang Pelajar Saudi Khalid Al-Muhammadi dan hubungan kami telah berkembang pesat. Dia memberi saya beberapa buku tentang Islam dan Al-Qur'an. Jadi saya memutuskan untuk mulai membaca buku-buku dan Al-Qur'an. Suatu malam saya bermimpi di mana saya melihat diri saya berjalan di dalam lingkaran dan saya mengenakan jubah putih sepenuhnya sama seperti semua orang. Saya juga melihat diri saya berjalan di dalam Masjid yang sangat besar dengan banyak orang. Saya tidak membuang waktu saya, setelah 4 bulan belajar dan penelitian, saya memutuskan untuk masuk Islam pada 1 Agustus 2014 di hadapan sahabat saya Khalid Al-Muhammadi dan menjadi seorang Muslim."
Perjalanan Perida menuju Islam berjalan mulus tanpa penolakan keluarga.
Jalan hidayah tak dapat ditebak. Pemilik nama lengkap Arcadio Jeffrey Perida masuk Islam di tangan mahasiswanya asal Arab Saudi, Khalid Almehmady.
Kisah Islamnya ini bermula ketika ia pindah ke Amerika Serikat saat beranjak remaja. Setelah tujuh tahun, lelaki itu kembali ke Manila untuk menyelesaikan studi sarjana dan master di bidang administrasi bisnis.
Selama studinya mengejar gelar master itulah, ia mendapat tugas mengajar bahasa Inggris (ESL/English Study Lesson) di salah satu perguruan tinggi di ibu kota Filipina. Di kampus yang sama, Khalid mendapatkan beasiswa pendidikannya.
Dilansir dari Saudi Gazette, perkenalan keduanya terjadi ketika Dekan menugaskan Perida untuk mengurus mahasiswa asal Saudi ini. Hanya dia satu-satunya guru ESL yang tersedia saat itu. "Saya tidak tahu ini akan menjadi awal dari penjalanan saya ke Islam," kata Perida.
Khalid hanya butuh waktu dua bulan untuk belajar bahasa Inggris dengan Perida. Kendati sangat singkat, mereka telah menjalin ikatan kuat. Perida menggambarkan ikatan yang terjalin di antara mereka sebagai `kehendak Ilahi.
Keduanya terus berkomunikasi di luar kelas, meskipun Khalid telah terdaftar di universitas lain.
Mahasiswa Saudi itu rajin mengirimkan video-video Youtube tentang Islam dan buku-buku keislaman.
Selama berbulan-bulan, Perida tidak pernah tertarik untuk repot-repot menonton video atau membaca buku-buku itu. Pria itu masih menyimpan kekhawatiran terhadap Muslim lantaran stereotipe negatif yang digembar-gemborkan media.
Ia selalu berkelit dan berbohong saat ditanya apakah sudah membaca buku tersebut?
"Itu (kebohongannya) sangat mengganggu dan menusuk-nusuk hati nurani saya," kata Perida. Lelaki itu telah terdidik untuk bersikap jujur. Alhasil, ia pun mulai menonton video dan membaca buku-buku pemberian Khalid.
Perida terkejut. Jujur, lelaki itu mengaku menikmatinya. Video itu menyuguhkan pengetahuan baru yang membuka hati dan mengubah seluruh perspektifnya tentang Islam. Ia pun mulai percaya diri ketika berbincang dengan Khalid.
Umrah
Tak lama kemudian, musim liburan semester tiba. Khalid pulang berlibur ke negaranya. Keduanya melanjutkan komunikasi via Whatsapp.
Suatu ketika, Khalid pernah bertutur ia tengah lelah usai menjalankan umrah.
Perida bertanya-tanya apa umrah itu dan berpikir bahwa aktivitas itu bagian dari pengobatan medis. Ia khawatir dengan temannya tersebut. Perida penasaran, tapi Khalid urung menjawab detail.
Ternyata, jawaban itu ia temukan dalam mimpi. Ia menyaksikan dari kejauhan ada begitu banyak orang berjalan dalam sebuah lingkaran mengelilingi sesuatu yang tampak seperti monumen kotak hitam. Ia pernah melihat gambar itu di salah satu buku yang dia baca dan beberapa gambar serupa.
Sepertinya, waktu itu dia menyaksikan dari lantai dua sebuah bangunan. Tiba-tiba, dalam sekejap, dirinya turut lebur dalam lingkaran yang berputar itu. Perida bingung. Ia mengenakan jubah putih seperti semua orang lain yang ada di sana. Lelaki itu bergerak makin dekat dan lebih dekat dengan struktur hitam besar yang dihiasi beberapa tulisan emas itu.
Saat hendak menyentuh dinding itu, Perida tak sengaja menoleh ke samping kanan. Rupanya, ada Khalid yang berjalan bersamanya ke arah dinding bangunan hitam itu. Mereka menyentuh dinding itu secara bersamaan. Segera setelah meletakkan tangan di dinding itu, Perida merasa angin kuat berputar-putar di sekitarnya selama beberapa kali sebelum masuk ke dalam tubuh mereka.
Ia masih bisa melihat jubahnya koyak ketika angin itu masuk. Untuk beberapa alasan, dia mendongak ke atas. Tampak olehnya sekilau cahaya turun dari surga, muncul di tengah-tengah awan yang terbelah, seperti pintu memberikan jalan bagi cahaya itu dan bersinar di atasnya.
Sampai di situ, lelaki itu terbangun. Hari sudah fajar. Saat terbangun, ia benar-benar disorientasi dan bingung dengan keberadaanya.
Mimpi itu tampak sangat nyata. Dalam pikirannya, Perida yakin telah berada di Makkah, Arab Saudi. Padahal, secara fisik dia masih berada di kamar. Setelah beberapa detik, barulah dia mulai menyadari itu hanya mimpi.
Perida pun tak membuang-buang waktu.
Ia bergegas mengirim pesan kepada Khalid lewat Whatsapp dan menceritakan mimpi itu.
Meskipun tidak memberitahu secara langsung, Khalid menunjukkan bahwa itulah yang dia lakukan beberapa hari lalu.
Apa yang ia alami dalam mimpi itu disebut umrah. Khalid menahan diri untuk tidak memberitahu Perida bahwa itulah keinginan terbesarnya. Ia ingin Perida menjadi seorang Muslim suatu saat kelak supaya mereka bisa mengerjakan umrah bersama-sama.
Setelah peristiwa itu, Perida melanjutkan aktivitas. Tapi, bayang-bayang mimpi itu masih terus mengejar seperti besi membara yang terpatri dalam hati. Ia mengalami dua mimpi lagi yang telah membawanya ke padang pasir bersama Khalid. "Empat bulan setelah itu, saya memutuskan untuk bersyahadat," kenang Perida.
Pada 1 Agustus 2014 pria itu mengungkapkan keinginannya menjadi seorang Muslim, tapi belum bisa bersyahadat saat itu juga lantaran teman yang ia mintai tolong masih berhalangan membawanya ke masjid.
Niat itu baru terlaksana enam hari kemudian.
"Itu hal terbaik yang pernah terjadi. Perasaan itu begitu nyata. Saya tidak pernah bisa membayangkan itu terjadi dalam hidup saya," ungkapnya haru.
Haji
Walau dibesarkan di tengah penganut Katolik taat, Perida beruntung mendapat dukungan dari seluruh keluarga. Ia tidak pernah mengalami penolakan lantaran keputusannya pindah ke agama Islam.
Ia juga tidak perlu menghabiskan waktu untuk meyakinkan mereka supaya menerima keyakinannya. Sang ibu mendukung keputusan Perida. Mereka bahkan telah sadar tentang hukum halal dan haram bagi seorang Muslim.
Mimpi tawaf di Ka'bah itu menjadi kenyataan hanya setahun setelah ia memutuskan masuk Islam. Bersama 2.399 Muslim lain, Perida mendapatkan panggilan dari Raja Salman untuk menunaikan ibadah haji pada musim haji 1436 H.
"Dengan karunia kasih Allah, saya bisa mengunjungi tempat yang sangat saya impikan,"
kesan lelaki itu.
Menurut pria yang mengambil nama Islam Jabir Khalid Perida, ketika Allah menuntun seseorang untuk kembali, Allah akan menunjukkan jalan dan membuat semuanya tampak jelas. (*)