PCR
Oleh: Erizal
Polymerase Chain Reaction. Ini kepanjangan. Mungkin tak banyak yang tahu. Saat ini sangat populer. Se-populer Covid 19 itu sendiri. Suatu metode untuk mencek seseorang terkena virus Covid atau tidak, secara lebih akurat dan detail.
Entahlah. Apakah ini lebih penting dari virus itu sendiri? Harganya, dulu, bisa gila-gilaan. Orang tak protes, karena lebih khawatir dari virusnya ketimbang biayanya. Konon, agak sakit, tapi lebih sakit ketimbang terkena virus itu sendiri.
Kini, harganya bisa diturunkan. Di beberapa negara, malah sangat murah. Kok di negara kita masih mahal? Padahal, katanya sudah diturunkan. Tapi, orang tetap protes. Mungkin karena orang tak takut lagi dengan virusnya.
Apalagi, vaksinisasi sudah berjalan dan sukses. Awalnya, orang juga ogah-ogahan ikut vaksinasi. Orang tak percaya. Disinformasi begitu kuat. Tapi saat dilekatkan sebagai syarat perjalanan, orang seperti terpaksa. Tak ada pilihan lain.
Tapi, saat PCR diwajibkan pula sebagai syarat perjalanan, orang bertanya vaksinisasi untuk apa? Nah, kan? Ini konspirasi saja. Akal-akalan pihak tertentu saja. Orang makin sulit percaya. Bansos saja dikorupsi, apalagi soal PCR ini?
Kata seorang dokter, tes PCR ini seperti tes-tes yang lain seperti tes kolesterol, gula darah, dll. Tak perlu terus-terusan. Apalagi berlaku sehari. Pergi PCR, pulang PCR lagi. Alangkah sakitnya? Bila geli-geli senang masih mending. Ini tidak.
Sakit luar-dalam. Tapi di atas sakit itu, ada saja pihak yang senang, itulah yang terjadi sejak awal. Orang yang terpuruk makin terpuruk, yang berjaya tetap berjaya. Orang bawah selalu terjatuh dan tertimpa tangga pula. Sedih.(*)